Tuhan.. Pelangi mulai bersinar dihatiku. Aku merasa hujanku telah berlalu. Hatiku kini tak lagi memangil namanya, otakku tak lagi menarikan bayangnya, dan mataku tal lagi mengikuti jejaknya. Tak lagi kuperdulikan derap langkahnya, tak kuhiraukan senyum manisnya. Tuhan..aku rasa..aku mulai melupakannya.
Aku sudah terbiasa tak mendengar suaranya, aku mulai terbiasa tanpa kehadirannya. Hatiku..mulai terbiasa tanpanya. Aku tak lagi memperdulikan tatapan matanya yang seringkali mencari-cari sosokku.Aku..mulai terbebas dari penjara hatinya. Tapi, terkadang hatiku masih sering berdesir ketika tanpa sengaja kita terlibat percakapan kecil~~ Aku masih sibuk menata perasaanku, ketika tiba-tiba saja ada seseorang lain yang sibuk mengaduknya menjadi tercerai berai kembali. Seseorang yang ku sebut Dia.
Aku sering membuat perasaanku terasa menjadi sulit. Aku sering mengabaikan segala sesuatu yang akhirnya menjadi bumerang pada diriku. Aku mudah untuk mengagumi seseorang, tapi tidak secepat itu untuk menyukai, mencintai,. dan berakhir pada menyayangi. Karena itulah, kehidupanku sering terusik dengan kehadiran orang-orang yang sering berlalu-lalang hingga akhirnya pergi..meninggalkanku dan menghempaskanku begitu saja. Sama seperti saat ini. Ketika hatiku mulai membaik, perasaanku mulai terpecah kembali oleh sesuatu yang kuanggap mustahil. Yang mereka rasa itu lucu bahkan konyol.
Tapi, apa yang bisa kulakukan? Hatiku bukan aku yang mengendalikan. Meskipun rasa ini murni, kuharap rasa ini tak terlalu dalam. Karena aku tak mau pelangiku memudar kembali. Aku tahu pelangi hanya sekedar lewat setelah hujan. Namun, bukan salahku berharap pelangi bersinar lebih lama. Setidaknya untuk beberapa bulan..bahkan beberapa tahun. Aku harap bisa terus seperti ini.Aku tidak mau pelangiku rusak, aku tak mau pelangiku hilang. Aku hanya berharap ada keajaiban yang membuat perasaanku berubah..aku ingin hatiku sedingin es di kutub. Aku tidak pernah berharap hatiku terisi, hanya untuk saat ini.
Aku takut tersakiti, aku lelah menghindari. Aku ingin semuanya mengalir, tapi jika terus berakhir seperti ini, berakhir dengan air mata..haruskah aku tetap mengikuti alur air yang mengalir?Hatiku yang sempat kosong, haruskah terisi secepat ini? Haruskah seseorang bernama Dia yang kini menggantikan Kamu? Semoga hatiku tak lagi mencari persinggahan. Aku harap hatiku menemukan rumahnya. Meskipun aku percaya, Dia pasti memiliki seseorang yang telah lama mengisi kursi dihatinya, mengalir bersama nadi dan berdenyut bersama detak jantungnya. Aku yakin, hati kecilnya telah memiliki seseorang..dan orang itu (sayangnya) buka aku (lagi).
Sabtu, 03 November 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar