CLICK HERE FOR FREE BLOG LAYOUTS, LINK BUTTONS AND MORE! »

Minggu, 17 Maret 2013

Fangirling

Fangirling. Kata yang tidak asing untuk para k-popers termasuk saya. Fangirling sudah menjadi bagian dalam hidup para k-popers sejak dia mulai mengidolakan sebuah grup band maupun soloist. Nah, kali ini saya mau berbagi sedikit cerita mengenai Fangirling. Cekidot ^^

Hari Senin yang cerah. Seperti biasa, setiap hari Senin Nela selalu berburu dengan sang waktu untuk mendapatkan tabloid kesayangan. Berharap ada salah satu artikel mengenai bias yang diidolakan, bahkan dicintainya. 
"Pagi, Pak. Tabloidnya sudah ada?" tanya Nela, ketika sampai pada lapak yangmenjadi langganannya sejak tiga tahun ini. 
"Ehh, Mbak Nela. Sudah Mba, sudah saya siapkan khusus untuk Mbak." Kata sang penjual yang sudah tahu dengan kebiasaan Nela. 

"Terimakasih, Pak." sahut Nela sembari menyodorkan sejumlah uang. "Mari, Pak!"


Setelah mendapatkan majalah tersebut, satu demi satu halaman yang ada disana ditelisiknya dengan jeli, mencari-cari barangkali ada biasnya terselip dei sana. Ya, dan benar saja ada sesosok Kim Jong Woon yang memenuhi halam tengahnya. Ia bersorak di tepi jalan. Tersenyum penuh arti. Setelah itu, ia pun melanjutkan perjalanannya ke sekolah. Tempat dimana ia berusaha menutupi lelah.
 "Selamat Pagi!" sapanya begitu ceria kepada makhluk-makhluk yang ia sebut sebagai sahabat. 
"Pagi, Nela. Seneng banget. Ada apa?" sahut temannya. 
"Ada pacarku nih, lagi nampang. Haha. Mau aku pajang ah nanti di kamar." jawabnya sambil tersenyum senang.
 "Haha, kamu ini masih suka mengkolesksi poster? Mau kamu taruh mana lagi? Kamarmu sudah penuh begitu!"
 "Biarkan saja. Buat Kim Jong woon Oppa selalu ada tempat kok, haha." 
"Huh, dasar kamu. Sini lihat." 
"Shirom. Kim Jong Woon Oppa ini milikku haha." katanya sembari menjulurkan lidah. 
"Hanya poster saja, apa pentingnya?" 
"Tentu penting! Sekalipun poster, dia tetap Yesung Oppa."
"Haha. Iya, terserah kamu."
Krek...bunyi sebuah kertas sobek. Tanpa sadar, ternyata ada yang berusaha merebut majalah tersebut dari tangan Nela, meski niatnya hanya bercanda. Dan, Nela langsung panik. Ketika membuka halaman yang tadi ia cari hatinya hancur. Dia sedih meninggalkan kelas. Apa yang tadinya ia bayangkan terjadi. Hal yang tidak pernah ia inginkan. Ya, halaman yang berisi poster Yesung Oppa itu sobek. Sedikit memang, tapi Nela tetap merasa sedih dan bersalah. Tanpa sadar, ada seseorang yang mengikutinya sedari tadi, Ia merasa begitu khawatir. 

"Kamu kenapa?" sapa suara lembut yang dari tadi ada di belakangnya.
"Aniyo, Nado gwenchanayo." katanya sambil mengusap rintik air mata yang berjatuhan.
"Kamu bohong. Uljimalyo."
"Aku nggakpapa, cuma kecewa aja."
"Kenapa? Kan cuma posternya aja yang sobek. Orangnya masih ada kok. Haha." katanya berusaha menenangkan.
"Tapi, bukankah dengan merusak posternya berarti aku juga merusak orangnya?"
"Wae?"
"Posternya saja aku tidak bisa menjaganya, lalu bagainmana jika orang itu benar-benar ada dihadapanku? Pasti akan lebih buruk daripada keadaan poster itu." jawabnya sesenggukan.
"Kenapa kamu berpikir begitu?"
"Karena kita memulai sesuatu dari hal-hal yang kecil. Apa aku berlebihan?"
"Tidak. Kamu benar. Tapi tidak sepenuhnya."

"Mengapa kamu begitu menjaga dia?"
"Ha? Nugu?"

"Yesung. Kim Jong Woon."
"Molla. Wae?"
"Tidak. Hanya heran denganmu."
"Apa kamu benar-benar mau tau alasanku?"
"Tentu."
"Tapi, aku mau bertanya. Apakah semua ini salah? Salahkah aku jika mencintai seseorang yang jelas-jelas tidak akan mencintaiku? Bermimpikah aku untuk menemui seseorang yang aku tahu tidak bisa kutemui, bahkan kumiliki?"
"Tidak. Karena dalam mencintai semua hal akan menjadi benar selama kita tahu batasannya. Karena dalam mencintai kita akan lebih tau apa itu rasa sakit dan bahagia."
"Ne. Kamu benar. Terimakasih untuk jawabanmu. Sekarang aku mau cerita, kamu masih mau mendengarkan?" Kulihat dia mengangguk. Aku pun mulai bercerita. 

"Tiga tahun yang lalu aku mengenal mereka. Lewat cerita-cerita kecil dari teman-temanku. Awalnya aku biasa saja. Tapi, setelah aku mengetahuinya aku menjadi benar-benar tertarik. Awalnya aku rasa mereka hanya modal tampang, tapi lama-lama aku sadar bahwa mereka benar-benar berjuang. Aku membaca dari sebuah website bahwa jalan yang mereka tempuh untuk menjalani hal sejauh ini tidaklah mudah. Bagaimana mereka mengorbankan sekolah mereka, keluarga, serta waktu yang berharga. Aku terharu. Padahal, disini aku malah menyia-nyiakan itu semua sementara mereka berusaha lebih keras untuk menjadi yang terbaik dari yang baik." Air mata sedikit demi sedikit mulai menetes dari pelupuk matanya.

"Semenjak itu aku mulai terus mengikuti perkembangan mereka. Jatuh bangun mereka. Tawa renyah serta senyum menawan mereka. Dan juga sakit yang mereka rasakan ketika mereka terjatuh. Entah kenapa setiap melihat mereka tersenyum dan bahagia aku merasa 1000kali lebih bahagia dari mereka. Bahkan ketika mereka menangis, mereka sedih aku jauh ribuan kali lebih sedih. Iya, hati ini sakit. Aku senang melihat mereka berada di atas panggung sembari memegang piala penuh kebahagiaan. Aku bangga ketika mereka berada di drama-drama maupun acara televisi disana. Aku bahagia ketika melihat mereka tersenyum. Tersenyum karena kami. ya, Fans mereka. Aku senang mereka benar-benar menghargai kami. Yah, EverLastingFriends, ELF." Aku sembari menerawang langit-langit yang luas.

"Tapi, ada saat dimana mereka harus mengeluarkan air mata. Pedih rasanya. Aku merasa gagal sebagai seorang Fans. Karena aku telah mengecewakan mereka, membuat mereka tidak di nomor satu. Membuat mereka menyia-nyiakan apa yang telah mereka lakukan. Aku bodoh. Sering aku menangisi mereka dalam diam. Menagisi semua kebodohanku. Tapi, sekali lagi aku dihadapkan pada kenyataan bahwa aku hanyalah Fans untuk mereka. Aku sedih. Aku jadi mengingat apa yang dikatakan orang-orang."

"Mengapa kamu terus bertahan jika kamu tahu bahwa hal itu mustahil? Karena dengan bertahan aku mengerti kesetiaan. Apa kamu begitu bodoh hingga membiarkan hatimu terus tersakiti? Iya, aku memang bodoh. Karena dengan itu aku bisa tahu bagaimana mencintai. Mencintai mereka tanpa mengenal. Mencintai mereka dari balik layar. Dan mencintai mereka karena hal-hal absurd yang mungkin katamu tak masuk akal. Lalu, apa yang kamu dapat jika setiap hari kamu terus menangis ketika melihat mereka? Tidak ada. Hanya bahagia. Iya, bahagia. Aku bahagia karena aku mengenal rasa sakit lebih dari kalian. Karena aku tahu rasa sakit yang begitu menyakitkan. Tak bisa memandang. Tak bisa menyentuh. Dan mustahil untuk memiliki. Ya. itulah yang aku dapat. Kesetiaan dalam menunggu, dan bahagia dalam rasa sakit."

"Aku mencintai mereka tidak perduli yang terjadi. Aku mencintai mereka walau mereka bertambah tua. Aku mencintai mereka karena mereka ada dan nyata. Apakah itu salah? Mereka juga manusia yang pantas untuk dicintai."

"Tidak. Kamu tidak salah." katanya sambil mengusap pipiku yang riuh dengan air mata.

"Tiga tahun ini aku mencintai mereka, bersembunyi dari balik kata Fans. Dan selalu berharap dapat bertemu dengan mereka, bertatapan secara langung. Ya. 13ELIEVE to PROM15E. 15 Malaikat yang membuat hidupku lebih berwarna. Moodboster sekaligus Moodbreaker ku. Tiga tahun ini aku menjadi salah satu dari jutaan manusia yang ingin memiliki mereka. Ya, aku hanya manusia diantara lautan bintang. Jadi, dari awal aku sudah sadar bahwa aku tidak mungkin mendapatkan bulan, mereka. Tapi, aku tetap melanjutkan ini. Sampai aku bertemu seseorang yang benar-benar-benar mengerti bagaimana aku."
"Seperti aku?"
"Mungkin. Ehh, apa maksudmu?"
"Ani, lupakan." jawabnya sambil tersenyum.

"Maaf ya sudah membuatmu mendengarkan cerita yang membosankan ini. Aku hanya lelah menyimpan semua sendiri. Aku lelah berpura-pura bersikap tegar ketika banyak orang disekitarku yang mengkritik mereka. Aku cuma bisa diam. Karena aku ingin menjadi Fans yang baik, ya menjadi Fans yang mereka inginkan. Jadi, selama tiga tahun ini aku belajar bagaimana bersabar, menunggu, dan bertahan untuk tetap setia. Aku juga belajar berbagi. Berbagi kegembiraan dalam lautan kesedihan."

0 comments:

Posting Komentar