Menyisakkan bekas tapak kaki pertama bertemu.
Mulai dari bertukar nama hingga cerita.
Kami tak terbiasa bersama, hanya melemparkan canda tawa.
Kami tak berniat untuk berbagi cerita, hanya sekedar berkeluh kesah.
Tapi ketika settingan waktu berlalu, semua menjadi biru.
Tampak saling menyatu.
Tuhan, ingatkan aku pada waktu itu.
Saat kita pertama kali bertukar sapa.
Ketika pagi menyalami kami semua.
Rasa canggung yang kita hadapi, karena tak saling mengerti.
Rasa aneh yang kita rasakan, karena tak sekalipun terbiasa.
Asing.
ya, dengan semua hal yang baru.
Dengan semua teman yang tak sekalipun kita tahu.
Tuhan, ingatkan aku pada waktu itu.
Ketika tawa suka cita mulai menggema.
Saat semua cerita keluar dengan lantangnya.
Rasa suka itu,
Karena kita akhirnya bersama.
Dengan segala kemahatidaktahuan diawalnya.
Dan bahagia itu,
Ketika aku dan kamu dapat berbaur menjadi kita.
Saat aku dan kamu tak lagi memiliki jarak.
Tuhan, ingatkan aku pada waktu itu.
Ketika tetes-tetes air mata mulai berjatuhan dari hilirnya.
Saat canda tawa berganti dengan linangan air mata.
Sedih.
Melihat kenyataan bahwa kita terlalu rapuh.
Tak mampu menahan amarah.\
Kecewa.
Karena kita sempat mengucap putus asa.
Pada hal yang tak seharusnya.
Tuhan. ingatkan aku pada waktu itu.
Saat kita mulai mencoba berdiri dan berlari.
Untuk memperbaiki hal-hal yang terlewati.
Tawa itu,
Untuk pertama kalinya terukir setelah badai.
Membawa sebuah kehangatan ditengah dinginnya hujan.
Dan air mata itu.
Bukan lagi tetesan kesedihan.
Melainkan gulir-gulir kebahagiaan.
Teman, ingatkah pada saat itu? Ketika kita tersenyum untuk sesuatu yang palsu? Saat ada kalanya kita membenci satu dengan yang lain? Kita pernah menodongkan pistol satu sama lain, tapi tak sekalipun kita mampu untuk menarik pelatuknya. Kita sanggup melontarkan semua amarah, tapi kita tak sekalipun terbesit kata membenci. Harapan-harapan kita, yang pernah kita ukir bersama. Kenangan manis dan pahit yang sempat kita luangkan, dan waktu-waktu yang sempat hilang. Semua telah terekam didalam hati. Tak sekedar diingat dan disimpan dalam memori. Jadi, Teman. Sampai saatnya kita bertemu kembali, menjadi seseorang yang memiliki jati diri simpanlah semua kenangan dengan baik. Dan ceritakan semua ketika kita sudah menjadi hebat untuk diri kita masing-masing :-)
Dari seseorang yang memiliki ingatan.
Atas semua hal yang tak terencanakan.
Bukan ucapan selamat tinggal.
Hanya sebuah bukti akan kenangan.
Untuk mengawali masa depan.
*TBC
*TBC
0 comments:
Posting Komentar