Aku selalu mempercayai segala hal, entah itu nyata atau tidak. Aku selalu percaya bahwa setiap manusia memiliki rumah untuk kembali. Tapi aku tak pernah tahu, jika suatu saat rumah yang aku yakini itu telah berpindah tangan. Dia tak lagi menjadi rumahku, barang-barangku di dalam sana sudah habis tak berbekas. Aku merasa terusir dari rumahku sendiri, tapi bagaimana lagi jika dari awal aku telah salah memilih tempat persinggahan? Aku bukan di usir, aku hanya harus mencari rumah yang tepat. Aku berjalan kesana-kemari tanpa membawa peta, tak berbekal apapun. Banyak memang yang menghampiri, tapi aku hanya dikasihani. Tatapan mata mereka sama, tatapan iba.
0 comments:
Posting Komentar