Aku bukan bunga-bunga liar yang tumbuh di jalan, tapi aku ingin
menjadi mereka. Tetap mekar sekalipun tak ada yang merawat, tetap menebar
keindahan sekalipun diinjak berkali-kali. Aku belajar banyak hal dari tanaman
yang tumbuh dijalan. Bagaimana mereka tetap hidup, sekalipun tak ada yang
menginginkan. Bagaimana mereka menjalani hidup sekalipun diabaikan. Aku tersenyum.
Bagaimana bisa tumbuhan-tumbuhan itu selalu mewarnai jalan-jalan yang tak
sekalipun dilirik orang, bahkan beberapa dari mereka mencoba memangkasnya. Tapi
mereka bertahan. Merek hebat. Tanaman-tanaman itu hebat. Lalu aku menyadari
sesuatu, bahwa tanaman itu tak hidup sendiri, mereka tidak berjuang sendiri
karena disamping kanan kiri mereka dan di tempat yang jauh dari mereka ada
begitu banyak tanaman yang merasakan hal yang sama. Tanaman-tanaman itu
berjuang bersama, walau berbeda tempat dan waktu, mereka tetap berjuang, untuk
kehidupan kuncup-kuncup dan akar-akar lain mereka.
Mereka hanya mendapat air ketika rintik-rintik gerimis turun
membasuh bumi, tapi pada saat itu pula mereka kehilangan cerahnya sinar
matahari. Jadi, mereka merasakan bahagia dan kesedihan di waktu yang bersamaan.
Mereka bahagia karena pada akhirnya dapat merasakan leganya ditetesi air hujan
setelah sekian lama terkena sinar matahari, namun di saat itu pula mereka kehilangan
cerahnya sang fajar yang dapat menghangatkan dikala hujan. Hanya beberapa dari
mereka yang akan bertahan dengan keadaan alam. Hanya beberapa dari mereka yang akan
hidup dalam keterbatasan. Sekali lagi, mereka hebat. Mereka dapat mengatasi
kebahagiaan dan kesedihan bersamaan, sekalipun itu menyakitkan dan terkadang
memaksa mereka untuk menyerah, mereka memilih bertahan, agar dapat dilihat oleh
setiap orang yang melewati mereka, agar dapat dirasakan kehadirannya. Dua jempol
sudah aku acungkan kepada mereka. Kepada tanaman-tanaman liar yang membuatku
mengerti kehidupan.
Mereka semua sama, tanaman-tanaman liar itu dan kita, manusia. Mereka
sama-sama memiliki kekurangan dan kelebihan. Mereka sama-sama memiliki
kesusahan ketika bertahan hidup. Mereka sangat mirip dengan kita dalam hal
menjalani kehidupan. Mereka juga memiliki “deadline” untuk berada di dunia. Tapi
satu hal yang membedakan mereka dan kita, ya usaha. Mereka tetap berusaha untuk
tumbuh sekalipun mustahil, sedangkan manusia? Hanya berharap jika semua itu
hanya mimpi dan terus mengurung diri.
Bagaimana ini bisa terjadi? Tuhan bilang kalau manusia adalah
makhluk yang paling sempurna karena memiliki akal. Tapi, jika dipelajari
kembali, bukankah akal itu yang membuat manusia menjadi sama atau bahkan lebih
buruk dari hewan maupun tumbuhan? Tapi jika kita pandai melihat dunia, memang
akal-lah yang membaut kita dapat bertahan, membuat kita tahu bagaimana “eksis”nya
Tuhan, dan merasakan bagaimana rasa “sakit” yang makhluk lain rasakan.
Aku berterimakasih kepada tanaman-tanaman itu karena mengajariku
banyak hal tentang kehidupan, tapi aku lebih berterimakasih kepada Tuhan karena
menciptakan tanaman-tanaman yang membuatku mengerti kehidupan.
0 comments:
Posting Komentar