Hai, Indonesia. Apa kabar?
Sudah 68 tahun terlewati, hari-hari dimana penuh dengan darah dan air mata. Sudah berapa banyak kata merdeka yang terucap, namun hanya secuil yang menancap? Indonesia, kamu tanah airku, tempatku dilahirkan, tempat dimana aku dibesarkan. Aku bangga padamu. Indonesia. Aku ingin menyampaikan beberapa atau mungkin banyak hal kepadamu.
Ini surat cintaku untukmu, surat elektronik yang kuharap dapat membangkitkanmu.
68 tahun sudah kita tak lagi harus berjuang untuk keadilan, untuk mendapatkan hak-hak yang dulu sempat tertinggalkan. Indonesia, aku selalu bangga padamu. Terimakasih untuk panorama yang tak ada di ratusan negara yang berada di 5 benua. Terimakasih atas kesabaranmu membimbing kami agar kami dapat diakui dunia. Terimakasih untuk segala pengorbananmu yang membuat kami tak lagi merasa kehausan dan kelaparan. Tapi, Indonesia aku sedih melihatmu sekarang ini. Aku kerap kali mempertanyakan sang saka merah putih yang berdiri dengan tegaknya, mengapa sang burung garuda dengan gagahnya menjadi lambang negara, sedangkan negara ini tak ada sangkut pautnya dengan itu semua. Indonesia, mana Pancasila yang menjadi ideologimu? Apakah itu hanya sebuah catatan kecil peninggalan para pahlawan? Apakah itu semua adalah hal yang telah dimuseumkan? Ayolah, untuk apa sang saka berdiri dengan tegaknya jika tak secuilpun yang menghargainya, untuk apa sang garuda ditempel dengan tingginya jika tak satupun melihatnya? Maaf, Indonesia. Aku tak menyalahkanmu, hanya saja aku terlalu lelah dengan bangsamu, dengan rakyatmu, dan mungkindengan diriku sendiri.
Apalah guna upacara, jika tak ada satupun yang memaknainya? Apa guna Pancasila jika semua sila sudah mulai diragukan bangsanya. Hai, Indonesia. Kemana rakyatmu yang katanya ramah dan sabar? Mana tata krama yang dulu kamu banggakan? Dan, mana persatuan yang selalu dikumandangkan? Ya. Mungkin karena perkembangan jaman atau mungkin karena perkembangan manusia? Entahlah.
Ini surat pertamaku untukmu, surat mengenai sebuah negara yang berjasa besar untuk rakyatnya. Surat untuk sebuah negara yang mungkin mulai dilupakan bangsanya. Pancasila yang dilafalkan ketika upacara, apakah sila-silanya sudah tak berguna?
Pertama. Ketuhanan Yang Maha Esa.
Hah. Apakah begitu? Lalu, mengapa kita saling mencaci agama lain, apakah kebebasan beragama sudah tak penting lagi? Bukankah Tuhan itu selalu sama? Hanya cara menyebut dan menyembahnya saja yang berbeda. Bukankah agama adalah turunan dari nenek moyang? Warisan dari penjajahan? Jangan mengaku tahu tentang agama jika kamu meremehkan agama lain. Tuhan saja tidak melarang kita untuk memiliki perbedaan agama, karena Tuhan tahu bahwa agama adalah sesuatu yang bersal dari hati yang diyakini oleh masing-masing pribadi.
Kedua. Kemanusiaan yang adil dan beradab.
Hah. Adil? Keadilan mana yang sedang "kalian" bicarakan? Keadilan untuk diri sendiri? Apakah hal itu masih berlaku? Beradab atau biadab? Cobalah bercermin, jangan bercuap-cuap mengenai keadilan jika kalian tidak beradab.
Ketiga. Persatuan Indonesia.
Hah. Persatuan? Persatuan dalam hal mencaci maki? Merusak fasilitas umum? Atau persatuan dalam membela yang salah? Sejak kapan persatuan berubah menjadi hal-hal seperti itu? Bersatu dengan "embel-embel" solidaritas yang akhirnya malah membuat perpecahan. Hai, meskipun kalian berbeda agama, suku, ataupun kasta tidakkah kalian ingat bahwa kalian adalah Indonesia?
Keempat. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat dalam permusyawaratn perwakilan.
Hah. Musyawarah? Dengan voting? Dengan cara "suap-menyuap"? Sejak kapan musyawarah menjadi hal yang begitu mengerikan? Menjadikan orang berduit menjadi orang berkuasa? Kerakyatan? Apakah semua musyawarah demi rakyat atau diri sendiri? Sejauh ini, bukankah semua keputusan terus saja menguntngkan pihak tertentu? Sejak kapan musyawarah berganti dengan voting? Karena rakyat terlalu banyak, atau karena musyawarah mulai "hilang" dari peredaran?
Kelima. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Hah. Lagi-lagi keadilan, membawa-bawa nama sosial. Apa itu masih berlaku dengan negara yang carut marut ini? Dengan rakyat yang tak terlalu perduli dengan negara ini? Apakah mungkin mereka pantas mendapatkan sebuah keadilan sosial jika mereka yang merusaknya sendiri dengan segala macam tingkah laku mereka? Ohh, jangan selalu menyalahkan orang yang berkuasa, salahkan saja diri sendiri mengapa mau tertipu dengan mereka.
Pancasila selalu saja terdengan indah di telinga, namun tak pernah sesuai dengan keadaan bangsa. Lalu, akankah Pancasila, burung garuda, sang saka merah putih, dan UUD NRI 1945 hanya menjadi sebuah nama dan tulisan belaka? Atau malah menjadi pajangan-pajangan seperti benda-benda antik di museum? Ahh, Indonesia. Sungguh malangnya nasibmu. Hanya karena kelakuan beberapa rakyatmu kamu ditolak oleh yang lain. Indonesia, teruslah berjuang, pertahankan kemerdekaanmu walu mungkin hanya sekedar kata-kata, tidak dalam tingkah nyata.
Meskipun kamu mulai dijajah secara tidak langsung oleh bangsa lain, tapi bertahanlah demi orang-orang yang kita sebut sebagai Kusuma Bangsa, demi anak cucu kita yang belum merasakan kemerdekaan, bertahanlah sedikit lebih lama, karena ketika rakyatmu mulai tersadar dari nikmatnya kemerdekaan, mereka akan berjuang untuk memberikan apa yang mereka bisa setelah mendapatkan keuntungan darimu. Semua aset berhargamu suatu saat nanti pasti akan dikelola dengan baik.
Ahh, ya Indonesia. Maaf untuk terus saja mencelamu. Meskipun begitu aku bangga kepadamu, karena masih ada banyak orang yang ingin membuatmu "eksis" di negara lain dengan mengharumkan nama bangsa engtah dalam bidang olahraga maupun pendidikan, masih banya yang ingin kamu diakui, masih banyak orang-orang yang ingin memperjuangkanmu. Jadi, Indonesia selama rakyat-rakyatmu yang sebelumnya tidak diakui menunjukkan bakatnya, bertahanlah. Suatu saat nanti, aku percaya kamu akan sama tenarnya dengan Amerika, Eropa, Inggris, dan negara-negara maju lainnya. Hanya saja jika rakyatmu sudah bisa mengendalikan keegoisan mereka dan lebih menghargai jasa-jasa dari orang yang dianggap remeh.
DIRGAHAYU INDONESIA, TANAH AIRKU TERCINTA. SELAMAT BERTAMBAH TUA DAN DEWASA, ENTAH NEGARA MAUPUN RAKYATNYA. SAYA RASA SEPULUH ATAU DUAPULUH TAHUN YANG AKAN DATANG, KITA AKAN TAHU MERDEKA YANG SESUNGGUHNYA. SELAMAT BERJUANG! ^^
Sabtu, 17 Agustus 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar