CLICK HERE FOR FREE BLOG LAYOUTS, LINK BUTTONS AND MORE! »

Kamis, 07 Agustus 2014

Fifty-fifty. Fake or Real?


            Suatu hari aku bertemu denganmu, seperti kisah klasik ala remaja terdahulu. Ya, aku menemukan sosokmu setelah beberapa lama kita menjadi teman satu sekolah. Selama itu kamu tak sekalipun tertangkap indra penglihatanku, kamu pun sepertinya enggan untuk memasuki dunia itu. Aku tidak yakin aku atau kamu yang pertama kali menyadari kehadiran masing-masing. Sempat aku berpikir, mungkinkah karena aku yang tidak pandai bergaul atau memang kamu yang tak pernah mau dipandang siapapun? Entahlah. Aku baru akan mencari jawabannya ketika dengan tiba-tiba siluetmu kulihat menghampiriku perlahan.

            Tidak..tidak. jantungku tidak berdebar dengan keras mulanya, tapi aku merasa aneh ketika sebuah suara yang asing mulai memasuki indra pendengaranku. Aku tidak yakin bagaimana perasaanku kala itu. Ini sungguh diluar dugaan dan sangat tiba-tiba. Kurasa ini pertama kalinya kita saling menatap. Aku tidak bisa mendefinisikan sosok kamu, otakku masih sibuk mencerna apa yang terjadi.
            Semenjak semester dua ini, kita sering kali terlibat perbincangan yang sebenarnya tidak menarik, tapi entah magnet apa yang membuat kita, ralat. Aku dan kamu terlihat begitu asyik. Kita bahkan sering tertawa atas sesuatu yang..sungguh benar-benar tidak lucu. Ada apa ini? Aku rasa ada yang tidak beres denganku.
            Terkadang aku merasa senang, ketika aku mengetahui bahwa kamu tak sembarangan tersenyum dan berbicara kepada setiap perempuan. Tapi kamu melakukannya padaku. Dan sebagai seorang perempuan, aku telah menemukan sebuah kunci yang dulu ku sembunyikan. Tapi kalian tahu kan, akhir bahagia dari sebuah kisah itu tidak ada. Yang ada hanyalah awal yang bahagia atau awal yang menyedihkan, tanpa akhir.
            Ada sebuah cerita yang mengusik telingaku, bahwa sebenarnya hatimu telah berlabuh pada gadis lain. Sungguh, sempat aku kecewa tapi tidak berlangsung lama. Dan ya, ternyata cerita itu benar. Setelah sekian lama aku dan kamu bertukar sapa, kamu kembali pada dia. Pada gadis yang selama ini kamu tunggu, bukan pada gadis yang beberapa lama ini disampingmu. Tapi tak apa, aku baik-baik saja. Tak sekalipun rasa penyesalan terbesit dalam benakku. Toh, dari awal aku juga tidak mengharapkanmu.
            Tapi aku hanya ingin tahu beberapa hal, apakah semua senyummu, tawamu, candamu, perhatianmu dan pujianmu hanya sekedar kata-kata belaka atau memang jujur dari hatimu? Waktu-waktu yang dulu apa akan tetap kau simpan dalam memori hatimu? Mungkin aku sedikit egois, tapi apa aku salah jika aku mengganggap kamu pernah “goyah” waktu itu? Katakan padaku bahwa aku memang sempat mendiami hatimu untuk beberapa waktu yang lalu.


Teruntuk, Kamu.
Yang membuat seragam abu-abuku menjadi penuh warna.

0 comments:

Posting Komentar