Teruntuk, Kamu.
Yang menjungkir
balikkan duniaku.
Tintaku telah lama
mengering. Kertasku telah lama menjadi usang. Jemariku sudah tak selincah dulu
memproklamirkan tentang kamu. Otakku telah berhenti merangkaikan kata indah
untukmu. Jantungku telah berhenti berdetak untukmu. Dan hatiku telah lama
memilih untuk menutup kembali gerbang yang sempat ia buka. Bukan..bukan karena
mereka lelah, hanya saja seluruh tubuhku kini telah terbiasa. Terbiasa tanpa
kehadiranmu. Terbiasa tanpa setitik pun kabar darimu. Terbiasa tanpa segalanya
tentangmu.
Tapi asalkan kamu
tahu, aku tidak melupakanmu. Tidak akan pernah. Aku hanya sedang mencoba
membuang jauh angan tentangmu ke tempat paling sudut dan terpencil di dalam
hatiku. Aku juga tidak menyerah akan kamu, karena kunci hatiku masih tertinggal
di genggamanmu. Jadi, itu semua terserah kamu. Kamu ingin membukanya atau
melemparkannya jauh-jauh ke dasar lautan? Hatiku sudah tidak perduli.
Rasa sakit itu
telah berbaur dengan berbagai rasa bahagia lainnya. Rasa sakit yang kamu torehkan
kini tak lebih dari tusukan jarum. Yah, anggap saja aku sudah kebal. Tapi
sekali lagi, kamu harus tahu. Salah satu sudut terkecil hatiku yang kekanakan
ini masih tetap menginginkamu. Itu tidak akan berubah. Belum. Hanya sampai
seseorang yang melebihimu, yang dapat membuatku merasakan sakit yang begitu
dalam, yang mampu membuatku mengingatmu kembalilah yang akan merubah segala
perasaanku kepadamu. Yang akan membuatku benar-benar mengesampingkan perasaanku
padamu.
Aku yakin kamu
tentu tahu bukan kata-kata “Cinta pertama tidak akan pernah pudar, karena
memori yang ditorehkan terlalu kuat untuk mampu hilang dari ingatan” tapi aku
lebih percaya satu hal kata-kata bahwa “Cinta sejati tak melulu tentang cinta
pertama. Karena cinta sejati adalah cinta yang bahkan ketika kamu amnesia
mungkin otakmu melupakannya. Tapi jantungmu, tetap berdebar untuknya.” Itu yang
ku percaya.
Kamu tentu tahu,
bahwa tidak setiap orang mampu mengungkapkan perasaannya pada kali pertama,
pada cinta pertama mereka. Itulah mengapa cinta pertama tak harus menjadi cinta
sejati karena keegoisan diri yang terlalu takut mengakui. Jadi anggap saja aku
sedang mencoba berbesar hati, biarlah aku yang melepasmu duluan. Bukan karena
tak mau lagi tersakiti, aku mengharapkanmu untuk kembali. Aku melakukan itu
karena aku takut nantinya kamu tidaak akan sanggup dan malah menyakiti dirimu
sendiri. Aku baik bukan? Tapi jika kamu sadar, itu hanya sebuah kamuflase.
Untuk membuatku terlihat jelek dihadapnmu dan membiarkanmu bersama orang yang
benar-benar berada di tiga perempat lingkup hatimu. Dan juga karena aku takut
aku tak bisa lagi melepasmu suatu hari nanti, bahkan besok. Aku takut akan
berubah pikiran.
Sudah itu saja.
Malam semakin larut, mungkin aku mulai melantur. Kisah ini hanyalah milikku
seorang, tak perlu kamu tahu bagaimana perasaanku yang sebenarnya. Cukup aku
dan Tuhan yang tahu. Biarlah aku memandangmu dari jauh dan mendoakanmu dalam
diam. Biarlah perasaan ini memudar secara alami, berganti dengan bunga-bunga
baru yang akan mekar menjelang musim semi.
Dari aku,
Yang menyerah pada keadaan.
Salam rindu yang tak tersampaikan
Untuk kamu,
Pemilik rindu tak berujungku.
0 comments:
Posting Komentar