CLICK HERE FOR FREE BLOG LAYOUTS, LINK BUTTONS AND MORE! »

Rabu, 06 Agustus 2014

Teruntuk, Kamu.


Teruntuk, Kamu.
Yang menjungkir balikkan duniaku.
Tintaku telah lama mengering. Kertasku telah lama menjadi usang. Jemariku sudah tak selincah dulu memproklamirkan tentang kamu. Otakku telah berhenti merangkaikan kata indah untukmu. Jantungku telah berhenti berdetak untukmu. Dan hatiku telah lama memilih untuk menutup kembali gerbang yang sempat ia buka. Bukan..bukan karena mereka lelah, hanya saja seluruh tubuhku kini telah terbiasa. Terbiasa tanpa kehadiranmu. Terbiasa tanpa setitik pun kabar darimu. Terbiasa tanpa segalanya tentangmu.

Tapi asalkan kamu tahu, aku tidak melupakanmu. Tidak akan pernah. Aku hanya sedang mencoba membuang jauh angan tentangmu ke tempat paling sudut dan terpencil di dalam hatiku. Aku juga tidak menyerah akan kamu, karena kunci hatiku masih tertinggal di genggamanmu. Jadi, itu semua terserah kamu. Kamu ingin membukanya atau melemparkannya jauh-jauh ke dasar lautan? Hatiku sudah tidak perduli.
Rasa sakit itu telah berbaur dengan berbagai rasa bahagia lainnya. Rasa sakit yang kamu torehkan kini tak lebih dari tusukan jarum. Yah, anggap saja aku sudah kebal. Tapi sekali lagi, kamu harus tahu. Salah satu sudut terkecil hatiku yang kekanakan ini masih tetap menginginkamu. Itu tidak akan berubah. Belum. Hanya sampai seseorang yang melebihimu, yang dapat membuatku merasakan sakit yang begitu dalam, yang mampu membuatku mengingatmu kembalilah yang akan merubah segala perasaanku kepadamu. Yang akan membuatku benar-benar mengesampingkan perasaanku padamu.
Aku yakin kamu tentu tahu bukan kata-kata “Cinta pertama tidak akan pernah pudar, karena memori yang ditorehkan terlalu kuat untuk mampu hilang dari ingatan” tapi aku lebih percaya satu hal kata-kata bahwa “Cinta sejati tak melulu tentang cinta pertama. Karena cinta sejati adalah cinta yang bahkan ketika kamu amnesia mungkin otakmu melupakannya. Tapi jantungmu, tetap berdebar untuknya.” Itu yang ku percaya.
Kamu tentu tahu, bahwa tidak setiap orang mampu mengungkapkan perasaannya pada kali pertama, pada cinta pertama mereka. Itulah mengapa cinta pertama tak harus menjadi cinta sejati karena keegoisan diri yang terlalu takut mengakui. Jadi anggap saja aku sedang mencoba berbesar hati, biarlah aku yang melepasmu duluan. Bukan karena tak mau lagi tersakiti, aku mengharapkanmu untuk kembali. Aku melakukan itu karena aku takut nantinya kamu tidaak akan sanggup dan malah menyakiti dirimu sendiri. Aku baik bukan? Tapi jika kamu sadar, itu hanya sebuah kamuflase. Untuk membuatku terlihat jelek dihadapnmu dan membiarkanmu bersama orang yang benar-benar berada di tiga perempat lingkup hatimu. Dan juga karena aku takut aku tak bisa lagi melepasmu suatu hari nanti, bahkan besok. Aku takut akan berubah pikiran.
Sudah itu saja. Malam semakin larut, mungkin aku mulai melantur. Kisah ini hanyalah milikku seorang, tak perlu kamu tahu bagaimana perasaanku yang sebenarnya. Cukup aku dan Tuhan yang tahu. Biarlah aku memandangmu dari jauh dan mendoakanmu dalam diam. Biarlah perasaan ini memudar secara alami, berganti dengan bunga-bunga baru yang akan mekar menjelang musim semi.
Dari aku,
Yang menyerah pada keadaan.
Salam rindu yang tak tersampaikan
Untuk kamu,
Pemilik rindu tak berujungku.

0 comments:

Posting Komentar