Immanuel Kant: Awal Baru Zaman Modern
Filsafat
(The Critic of Pure Reason oleh
Imanuel Kant)
Filsafat merupakan satu dari sekian banyak cabang ilmu
yang ada dan bisa disebut sebagai sumber ilmu dari semua ilmu. Ilmu filsafat
sama seperti ilmu lain yang mengalami perkembangan. Dalam hal ini, filsafat
yang dikemukakan oleh Kant menandai awal baru masuknya filsafat zaman modern.
Teori yang ada di buku Kant sempat menggegerkan filsuf karena pemikirannya
mengenai kontradiksi. Sebelum Kant, terdapat dua filsuf, yaitu Descartes dan
Hume dengan teori yang saling bertentangan. Berdasarkan kedua filsuf tersebut,
awal kegiatan manusia dibedakan menjadi dua.
Descartes mengatakan bahwa awal kegiatan manusia karena logika atau rasio pemikiran sedangkan Hume berpendapat bahwa awal kegiatan manusia adalah pengalaman. Mulai dari sini muncullah metafisik yang menjadikan Kant bertanya-tanya mengenai teori filsuf sebelumnya. Dalam bukunya, The Critic of Pure Reason, Kant mengkritik filsuf yang menyatakan bahwa pikiran manusia dapat melampaui pikirannya sendiri dan pertanyaan-pertanyaan yang ada dapat muncul dengan sendirinya. Ia mengatakan bahwa pengalaman adalah hukum alam, namun ia juga memberikan kontradiksi disini.
The critique of pure reason adalah
buku pertama Immanuel Kant yang membahas tentang metafisika. Buku ini adalah
buku pertaman Kant dimana ia menyebutkan alirannya sebagai aliran kritik.
Pengantar edisi pertaman Kant menjelaskan kritik terhadap nalar murni, artinya
kritik terhadap kemampuan berpikir secara umum yang berkaitan dengan semua
pengetahuan itu terpisah (Independent) dari semua pengalaman. Dalam
pengantar ini, Kant ingin membuktikan tentang kemungkinan atau ketidakmungkinan
metafisika. Ia menemukan gagasan-gagasan baru mengenai ruang dan waktu serta
memberikan pandangannya terhadap aliran Hume dan Descartes. Kant menyimpulkan
pendapat dari kedua filsuf tersebut bahwa awal hanyalah representasi dan bukan
apa yang ada didalam diri sendiri -sebagai bentuk akal dari intuisi, tetapi
bukan penentu untuk diri sendiri/obyek sebagai hala-hal dalam dirinya sendiri.
Hal tersebut yang memunculkan sesibilitas apriori. Apriori adalah percaya/paham
tanpa melihat, sedangkan aposteriori percaya/paham sesuatu harus dengan
melihat. Hal yang digarisbawahi Kant dalam buku ini adalah apriori dan
sintetik. Sebelum Kant, pengetahuan apriori dianggap harus analitik, tetapi
Kant menentang hal tersebut. Bagi Kant, matematika dan fisika adalah ilmu
apriori dan sintetik. Apa itu analitik dan sinttetik? Analitik adalah
mendefinisikan sesuatu dengan jelas karena dioastikan melalui anaisis terlebih
dahulu.
Kant berpendapat bahwa pengetahuan harus sesuai dengan
obyek yang berkaitan secara apriori. Dalam sains, dituntut untuk rasional dan
memuat elemen apriori agar konsep yang ditemukan sesuai dengan obyek dan
kenyataan yang ada. Matematika dan fisika adalah dua ilmu/teori sains yang
harus dapat ditentukan secara apriori. Sedangkan menurut Kant, metafisik memuat
sains yang murni, spekulatif, dan tidak bergantung pada pengalaman. Pengalaman
yang dimaksud adalah pengalaman spekulatif dan apriori. Pengalaman/alasan
spekulatif dapat menentukan batasnya sendiri dengan perhitungan yang lengkap,
sedangkan apriori tidak ada yang bisa dikaitkan selain dari pikiran dan diri
sendiri. Keuntungan dari metafisika yang disampaikan oleh Kant adalah semua
hanya berusrusan dengan prinsip dan batasan yang ada pada diri sendiri, oleh
karena itu jika dikaitkan dengan sains, ia akan mengambil alih semua kognisi.
Pendahuluan yang ada di buku Kant menyatakan bahwa
terdapat perbedaan antara pengetahuan murni dan pengetahuan empiris. Meskipun
pengetahuan berawal dari pengalaman, bukan berarti semua muncul dari
pengalaman. Pengetahuan empiris sangat mungkin didapat dari gabungan antara
gabungan apa yang kita terima dengan kognisi diri sendiri. Untuk mengetahui
perbedaan antara pengetahuan murni dan empiris, dari pengetahuan apriori.
Pengetahuan apriori terbagi menjadi dua, yaitu murni dan tidak murni.
Pengalaman apriori murni tidak bercampur dengan pengalaman empiris, jadi ia
merupakan pengetahuan murni. Akal manusia bahkan dalam keadaan tidak
berfislsafat pun tetap memiliki kognisi yang pasti, yaitu apriori. Filsafat
memerlukan suatu ilmu yang akan menentukan peluang, prinsip, dan wawasan
pengetahuan manusia “apriori”. Berdasarkan hal tersebut, ditemukanlah
penggolongan pengetahuan analisis dan murni.
Penilaian analisis menghubungkan predikat dengan
subyek yang dikenali melalui identitas, sedangkan penilaian sintetis tidak
melalui identitas. Penilaian sintetis tidak memiliki sebab akibat sehingga
menurut Kant, matematika dan fisika termasuk pengetahuan/penilaian sintetis. Ia
menyebutkan bahwa matematika murni merupakan ilmu sintetik meskipun apriori.
Apa yang disebutkan oleh Kant menimbulkan kebingungan dari berbagai pihak. Apa
maksudnya? Mengapa demikian? Karena sintetis dan apriori adalah dua hal yang
bertentangan, bagaiman bisa menjadi satu dalam matematika? Berdasarkan
pertanyaan-pertanyaan tersebut dan juga pertanyaan yang berasal dari
pemikirannya, Kant bersabda bahwa ilmu metafisika tidak boleh berusaha
melampaui batas-batas pengalaman yang mungkin tetapi harus membahas batas-batas
itu sendiri. Hal tersebut menjadi salah satu alasan mengapa Kant disebut
sebagai penengah. Karena ia berhasil membuat teori yang dapat menemukan titik
tengah ditengah panasnya Descartes dan Hume.
Bab pertama yang dibahas Kant adalah Estetika
Transdental. Hal tersebut berkaitan dengan sensibilitas atau kepekaan apriori.
Didalam estetika transdental terdapat representasi murni, yaitu bagian dari
apriori yang memerlukan semua variasi penampilan/keindahan diuntuisi dalam
menjalin hubungan tertentu. Hal pertama dalam ilmu tersebut adalah kita akan
merasakan kemampuan mengindera, kemudia dipisahkan semua dan disampaikan ke
persepsi sehingga tidak ada yang tersisa kecuali intuisi empiris. Selanjutnya,
dari intuisi tersebut, kita pisahkan juga dan menjadi intuisi murni dan bentuk
fenomena belaka, yang hanya dapat diberikan sensibilitas secara apriori. Dari
penyelidikan ini akan ditemukan dua bentuk murni dari intuisi inderawi, sebagai
prinsip pengetahuan a priori, yaitu ruang dan waktu.
Pada bab ini, Kant menyangkal filsuf yang menyampaikan
bahwa ruang dan waktu ada secara terpisah dari kesadaran subyek. Ia menyebutkan
bahwa ruang dan waktu adalah hasil kemampuan sensasi pada kognisi. Menurutnya,
ruang dan waktu adalah gabungan dari dua pendapat filsuf tersebut. Ruang adalah
metafisik, ia bukan konsep, berlaku pula untuk waktu. Waktu juga bukan konsep,
ia adalah metafisik. Sains tidak mungkin ada jika ruang dan waktu bukan apriori
murni. Bagi Kant, ruang dan waktu adalah hasil konstitusi subyektif pikiran.
Waktu adalah intuisi apriori murni yang memungkinkan matematika. Waktu bukanlah
konsep, tapi mungkin dapat menyimpang dari non-kontradiksi. Kesimpulannya
adalah waktu bukan sesuatu yang ada dengan sendirinya, waktu adalah bentu lain
dari indera internal (intuisi dan keadaan internal). Waktu adalah kondisi
formal apriori dari semua fenomena apapun. Ruang, sebagai bentuk murni dari
intuisi eksternal, dibatasi sebagai kondisi apriori terhadap fenomena eksternal
saja. Terdapat realitas empiri waktu, artinya kevalidan obyek dilihat
pengalaman kita mengindera obyek tersebut.
Berdasarkan hal-hal tersebut, estetika transdental hanya dapat memiliki
dua elemen, yaitu ruang dan waktu. Tidak ada elemen lain.
Teori Kant yang merupakan penengah, menghubungkan
logika dan pengalaman menjadi satu kesatuan. Ia membuktikan bahwa dua hukum
yang saling bertentangan, yaitu hukum identitas dan hukum kontradiksi dapat berbaur
menjadi satu. Hukum identitas dikemukakan oleh Descartes, yaitu segala sesuatu
bersifat tetap (Permenties) sedangkan Hume berkata bahwa segala sesuatu
dapat berubah (Peraclitos). Ia membuat menyadari bahwa tidak ada yang
salah dan tidak ada yang benar. Semua pikiran bisa saja salah dan bisa saja
benar. Sehingga dengan memadukan keduanya, bisa diperoleh alternatif yang lebih
baik, dengan pembuktian tentunya secara filsafat.
Teori pengetahuan matematika oleh Kant dapat dibuat
grafik terstruktur yang terdapat “dunia bawah” sebaga bumi dan “dunia atas
“sebagai langit. Ia menggabungkan teori-teori dari filsuf sebelumnya dan
diambil yang menurutnya sesuai dengan zaman modern. Kant menjelaskan bahwa
pengetahuan itu merupakan perpaduan dari unsur-unsur yang ada sebelum
pengalaman yakni unsur-unsur apriori dengan unsur-unsur yang ada setelah
pengalaman yakni unsur-unsur aposteriori. Proses sintesis itu, menurut Kant
terjadi dalam tiga tingkatan pengetahuan manusia. Teori Kant juga meyakini
adanya Tuhan. Tetapi Tuhan dalam aliran Kant dimaksudkan sebagai postulat.
Pemikiran ini, menjadikan Kant dikenal sebagai pelopor lahirnya apa yang
disebut dengan “argumen moral” tentang adanya Tuhan. Dan yang perlu
digarisbawahi dari teori Kant adalah pemikiran-pemikirannya membuka jendela
baru dalam filsafat.
Berdasarkan penjelasan diatas, Kant selalu menekankan
pada apriori dan sintesis yang merupakan gabungan dari teori filsuf sebelumnya
yaitu Descartes dan Hume. Ini menjadikannya dikenal sebagai teori penengah, ia
menyebutnya sebagai teori kritik dan membawa angin segar untuk dunia filsafat
zaman modern.
Penilaian sintetis mirip dengan hubungan sebab akibat.
Hal tersebut dapat ditemukan dalam geometri dan fisika sehingga ia menyimpulkan
bahwa semua matematika murni adalah sintetik meskipun apriori. Contohnya 7+5 =
12. Tidak ada analisis yang menemukan 12 baik dalam 7 atau 5, maksudnya angka
12 itu tidak ada dalam angka 7 atau 5, tetapi tetap hasilnya 12. Mereka adalah
angka. Kant berpendapat bahwa intuisi adalah proses penginderaan/sensibilitas.
Bab kedua yang dibahas dalam buku Kant adalah logika
transdental. Dibagi menjadi analitik transdental dan dialektika transdental.
Kant membedakan antara dua tipe dasar representasi :
intuisi dan konsep. Konsep adalah perantara penengah. Representasi perantara
merepresentasikan sesuatu dengan merepresentasikan karakteristik umum dari
sesuatu. Misalnya, konsep "coklat", "kayu",
"kursi", dan sebagainya. Mereka dapat merepresentasikan kursi dengan
merepresentasikan ciri-ciri umum kursi: berwarna coklat, menjadi kayu, menjadi
kursi, dan sebagainya.
Intuisi
adalah "representasi langsung" yaitu representasi yang
merepresentasikan sesuatu secara langsung. Persepsi seseorang tentang kursi,
menurut Kant, merupakan representasi langsung. Persepsi mewakili kursi secara
langsung, dan bukan melalui karakteristik umum apa punn.
Kant membedakan intuisi menjadi intuisi murni dan
intuisi empiris. Intuisi empiris adalah intuisi yang mengandung sensasi.
Intuisi murni adalah intuisi yang tidak mengandung sensasi apa pun. Contoh
intuisi empiris adalah persepsi seseorang tentang kursi atau objek fisik
lainnya. Semua intuisi tersebut merupakan representasi langsung yang memiliki
sensasi sebagai bagian dari isi representasi. Intuisi murni, menurut Kant,
adalah ruang dan waktu, yang merupakan kondisi subjektif pikiran kita dalam
mengkoordinasikan sensibilia.
Dalam Dialektika Transendental, Kant menunjukkan
bagaimana nalar murni digunakan secara tidak tepat ketika tidak terkait dengan
pengalaman. Dalam Metode Transendentalisme, dia menjelaskan penggunaan yang
tepat dari akal murni.
Filsafat, tidak seperti matematika, tidak dapat
memiliki definisi, aksioma, atau demonstrasi. Semua konsep filosofis pada
akhirnya harus didasarkan pada intuisi yang berpengalaman dan posteriori. Ini
berbeda dengan aljabar dan geometri yang menggunakan konsep yang diturunkan
dari intuisi apriori, seperti persamaan simbolik dan figur spasial. Kant disini
menjelaskan mengapa akal tidak melampaui batas yang sudah mapan. Kant dengan
jelas menjelaskan mengapa filsafat tidak dapat melakukan apa yang dapat
dilakukan matematika terlepas dari kesamaannya. Kant juga menjelaskan bahwa
ketika akal melampaui batasnya sendiri, ia menjadi dogmatis. Bagi Kant, batasan
nalar terletak pada bidang pengalaman karena, bagaimanapun, semua pengetahuan
bergantung pada pengalaman. Menurut Kant, pernyataan dogmatis akan menjadi
pernyataan yang diterima akal sebagai benar meskipun melampaui batas-batas
pengalaman
Pengekangan harus dilakukan dalam penggunaan polemik alasan
murni. Kant mendefinisikan penggunaan polemik ini sebagai pertahanan terhadap
negasi dogmatis. Misalnya, jika secara dogmatis ditegaskan bahwa Tuhan itu ada
atau bahwa jiwa tidak berkematian, penyangkalan dogmatis dapat dibuat bahwa
Tuhan tidak ada atau bahwa jiwa tidak abadi. Pernyataan dogmatis seperti itu
tidak dapat dibuktikan. Pernyataan tersebut tidak didasarkan pada pengalaman
yang mungkin. Kant sangat menentang penggunaan polemik nalar murni. Kant
menentang polemik penggunaan nalar murni dan menganggapnya tidak tepat dengan
alasan lawan tidak dapat terlibat dalam sengketa rasional berdasarkan
pertanyaan yang melampaui batas-batas pengalaman. Kritik atas alasan murni
adalah pengadilan untuk semua perselisihan alasan. Ini menentukan hak nalar secara
umum. Kita harus bisa mengungkapkan pikiran dan keraguan kita secara terbuka.
Ini mengarah pada peningkatan wawasan.
Jika kritik nalar mengajarkan kita bahwa kita tidak
dapat mengetahui sesuatu yang tidak berhubungan dengan pengalaman, dapatkah
kita memiliki hipotesis, tebakan, atau pendapat tentang hal-hal seperti itu?
Kita hanya bisa membayangkan sesuatu yang bisa menjadi objek pengalaman.
Hipotesis tentang Tuhan atau jiwa tidak dapat ditegaskan atau disangkal secara
dogmatis, tetapi kami memiliki kepentingan praktis dalam keberadaannya. Dalam
menyimpulkan bahwa tidak ada penggunaan alasan murni secara polemik, Kant juga
menyimpulkan tidak ada penggunaan alasan murni secara skeptis.
Bukti
proposisi transendental tentang nalar murni (Tuhan, jiwa, kehendak bebas,
kausalitas, kesederhanaan) harus terlebih dahulu membuktikan apakah konsep
tersebut valid. Alasan harus dimoderasi dan tidak diminta untuk melakukan di
luar kekuatannya. Kant mengajukan kritik terhadap nalar murni yang dengannya
keterbatasan nalar ditetapkan dengan jelas dan bidang pengetahuan dibatasi oleh
pengalaman. Menurut rasionalis dan skeptis, ada penilaian analitik a priori dan
penilaian sintetis aposteriori. Penilaian analitik a posteriori sebenarnya
tidak ada. Ditambahkan ke semua penilaian rasional ini adalah penemuan besar
Kant tentang penilaian sintetis a priori
0 comments:
Posting Komentar