CLICK HERE FOR FREE BLOG LAYOUTS, LINK BUTTONS AND MORE! »

Jumat, 22 Januari 2021

Tugas 5_Okta Islamiati_Filsafat

 

Immanuel Kant: Awal Baru Zaman Modern Filsafat

(The Critic of Pure Reason oleh Imanuel Kant)

 

Filsafat merupakan satu dari sekian banyak cabang ilmu yang ada dan bisa disebut sebagai sumber ilmu dari semua ilmu. Ilmu filsafat sama seperti ilmu lain yang mengalami perkembangan. Dalam hal ini, filsafat yang dikemukakan oleh Kant menandai awal baru masuknya filsafat zaman modern. Teori yang ada di buku Kant sempat menggegerkan filsuf karena pemikirannya mengenai kontradiksi. Sebelum Kant, terdapat dua filsuf, yaitu Descartes dan Hume dengan teori yang saling bertentangan. Berdasarkan kedua filsuf tersebut, awal kegiatan manusia dibedakan menjadi dua.

Descartes mengatakan bahwa awal kegiatan manusia karena logika atau rasio pemikiran sedangkan Hume berpendapat bahwa awal kegiatan manusia adalah pengalaman. Mulai dari sini muncullah metafisik yang menjadikan Kant bertanya-tanya mengenai teori filsuf sebelumnya. Dalam bukunya, The Critic of Pure Reason, Kant mengkritik filsuf yang menyatakan bahwa pikiran manusia dapat melampaui pikirannya sendiri dan pertanyaan-pertanyaan yang ada dapat muncul dengan sendirinya. Ia mengatakan bahwa pengalaman adalah hukum alam, namun ia juga memberikan kontradiksi disini.

The critique of pure reason adalah buku pertama Immanuel Kant yang membahas tentang metafisika. Buku ini adalah buku pertaman Kant dimana ia menyebutkan alirannya sebagai aliran kritik. Pengantar edisi pertaman Kant menjelaskan kritik terhadap nalar murni, artinya kritik terhadap kemampuan berpikir secara umum yang berkaitan dengan semua pengetahuan itu terpisah (Independent) dari semua pengalaman. Dalam pengantar ini, Kant ingin membuktikan tentang kemungkinan atau ketidakmungkinan metafisika. Ia menemukan gagasan-gagasan baru mengenai ruang dan waktu serta memberikan pandangannya terhadap aliran Hume dan Descartes. Kant menyimpulkan pendapat dari kedua filsuf tersebut bahwa awal hanyalah representasi dan bukan apa yang ada didalam diri sendiri -sebagai bentuk akal dari intuisi, tetapi bukan penentu untuk diri sendiri/obyek sebagai hala-hal dalam dirinya sendiri. Hal tersebut yang memunculkan sesibilitas apriori. Apriori adalah percaya/paham tanpa melihat, sedangkan aposteriori percaya/paham sesuatu harus dengan melihat. Hal yang digarisbawahi Kant dalam buku ini adalah apriori dan sintetik. Sebelum Kant, pengetahuan apriori dianggap harus analitik, tetapi Kant menentang hal tersebut. Bagi Kant, matematika dan fisika adalah ilmu apriori dan sintetik. Apa itu analitik dan sinttetik? Analitik adalah mendefinisikan sesuatu dengan jelas karena dioastikan melalui anaisis terlebih dahulu. 

Kant berpendapat bahwa pengetahuan harus sesuai dengan obyek yang berkaitan secara apriori. Dalam sains, dituntut untuk rasional dan memuat elemen apriori agar konsep yang ditemukan sesuai dengan obyek dan kenyataan yang ada. Matematika dan fisika adalah dua ilmu/teori sains yang harus dapat ditentukan secara apriori. Sedangkan menurut Kant, metafisik memuat sains yang murni, spekulatif, dan tidak bergantung pada pengalaman. Pengalaman yang dimaksud adalah pengalaman spekulatif dan apriori. Pengalaman/alasan spekulatif dapat menentukan batasnya sendiri dengan perhitungan yang lengkap, sedangkan apriori tidak ada yang bisa dikaitkan selain dari pikiran dan diri sendiri. Keuntungan dari metafisika yang disampaikan oleh Kant adalah semua hanya berusrusan dengan prinsip dan batasan yang ada pada diri sendiri, oleh karena itu jika dikaitkan dengan sains, ia akan mengambil alih semua kognisi.

Pendahuluan yang ada di buku Kant menyatakan bahwa terdapat perbedaan antara pengetahuan murni dan pengetahuan empiris. Meskipun pengetahuan berawal dari pengalaman, bukan berarti semua muncul dari pengalaman. Pengetahuan empiris sangat mungkin didapat dari gabungan antara gabungan apa yang kita terima dengan kognisi diri sendiri. Untuk mengetahui perbedaan antara pengetahuan murni dan empiris, dari pengetahuan apriori. Pengetahuan apriori terbagi menjadi dua, yaitu murni dan tidak murni. Pengalaman apriori murni tidak bercampur dengan pengalaman empiris, jadi ia merupakan pengetahuan murni. Akal manusia bahkan dalam keadaan tidak berfislsafat pun tetap memiliki kognisi yang pasti, yaitu apriori. Filsafat memerlukan suatu ilmu yang akan menentukan peluang, prinsip, dan wawasan pengetahuan manusia “apriori”. Berdasarkan hal tersebut, ditemukanlah penggolongan pengetahuan analisis dan murni.

Penilaian analisis menghubungkan predikat dengan subyek yang dikenali melalui identitas, sedangkan penilaian sintetis tidak melalui identitas. Penilaian sintetis tidak memiliki sebab akibat sehingga menurut Kant, matematika dan fisika termasuk pengetahuan/penilaian sintetis. Ia menyebutkan bahwa matematika murni merupakan ilmu sintetik meskipun apriori. Apa yang disebutkan oleh Kant menimbulkan kebingungan dari berbagai pihak. Apa maksudnya? Mengapa demikian? Karena sintetis dan apriori adalah dua hal yang bertentangan, bagaiman bisa menjadi satu dalam matematika? Berdasarkan pertanyaan-pertanyaan tersebut dan juga pertanyaan yang berasal dari pemikirannya, Kant bersabda bahwa ilmu metafisika tidak boleh berusaha melampaui batas-batas pengalaman yang mungkin tetapi harus membahas batas-batas itu sendiri. Hal tersebut menjadi salah satu alasan mengapa Kant disebut sebagai penengah. Karena ia berhasil membuat teori yang dapat menemukan titik tengah ditengah panasnya Descartes dan Hume.

Bab pertama yang dibahas Kant adalah Estetika Transdental. Hal tersebut berkaitan dengan sensibilitas atau kepekaan apriori. Didalam estetika transdental terdapat representasi murni, yaitu bagian dari apriori yang memerlukan semua variasi penampilan/keindahan diuntuisi dalam menjalin hubungan tertentu. Hal pertama dalam ilmu tersebut adalah kita akan merasakan kemampuan mengindera, kemudia dipisahkan semua dan disampaikan ke persepsi sehingga tidak ada yang tersisa kecuali intuisi empiris. Selanjutnya, dari intuisi tersebut, kita pisahkan juga dan menjadi intuisi murni dan bentuk fenomena belaka, yang hanya dapat diberikan sensibilitas secara apriori. Dari penyelidikan ini akan ditemukan dua bentuk murni dari intuisi inderawi, sebagai prinsip pengetahuan a priori, yaitu ruang dan waktu.

Pada bab ini, Kant menyangkal filsuf yang menyampaikan bahwa ruang dan waktu ada secara terpisah dari kesadaran subyek. Ia menyebutkan bahwa ruang dan waktu adalah hasil kemampuan sensasi pada kognisi. Menurutnya, ruang dan waktu adalah gabungan dari dua pendapat filsuf tersebut. Ruang adalah metafisik, ia bukan konsep, berlaku pula untuk waktu. Waktu juga bukan konsep, ia adalah metafisik. Sains tidak mungkin ada jika ruang dan waktu bukan apriori murni. Bagi Kant, ruang dan waktu adalah hasil konstitusi subyektif pikiran. Waktu adalah intuisi apriori murni yang memungkinkan matematika. Waktu bukanlah konsep, tapi mungkin dapat menyimpang dari non-kontradiksi. Kesimpulannya adalah waktu bukan sesuatu yang ada dengan sendirinya, waktu adalah bentu lain dari indera internal (intuisi dan keadaan internal). Waktu adalah kondisi formal apriori dari semua fenomena apapun. Ruang, sebagai bentuk murni dari intuisi eksternal, dibatasi sebagai kondisi apriori terhadap fenomena eksternal saja. Terdapat realitas empiri waktu, artinya kevalidan obyek dilihat pengalaman kita mengindera obyek tersebut.  Berdasarkan hal-hal tersebut, estetika transdental hanya dapat memiliki dua elemen, yaitu ruang dan waktu. Tidak ada elemen lain.

Teori Kant yang merupakan penengah, menghubungkan logika dan pengalaman menjadi satu kesatuan. Ia membuktikan bahwa dua hukum yang saling bertentangan, yaitu hukum identitas dan hukum kontradiksi dapat berbaur menjadi satu. Hukum identitas dikemukakan oleh Descartes, yaitu segala sesuatu bersifat tetap (Permenties) sedangkan Hume berkata bahwa segala sesuatu dapat berubah (Peraclitos). Ia membuat menyadari bahwa tidak ada yang salah dan tidak ada yang benar. Semua pikiran bisa saja salah dan bisa saja benar. Sehingga dengan memadukan keduanya, bisa diperoleh alternatif yang lebih baik, dengan pembuktian tentunya secara filsafat.

Teori pengetahuan matematika oleh Kant dapat dibuat grafik terstruktur yang terdapat “dunia bawah” sebaga bumi dan “dunia atas “sebagai langit. Ia menggabungkan teori-teori dari filsuf sebelumnya dan diambil yang menurutnya sesuai dengan zaman modern. Kant menjelaskan bahwa pengetahuan itu merupakan perpaduan dari unsur-unsur yang ada sebelum pengalaman yakni unsur-unsur apriori dengan unsur-unsur yang ada setelah pengalaman yakni unsur-unsur aposteriori. Proses sintesis itu, menurut Kant terjadi dalam tiga tingkatan pengetahuan manusia. Teori Kant juga meyakini adanya Tuhan. Tetapi Tuhan dalam aliran Kant dimaksudkan sebagai postulat. Pemikiran ini, menjadikan Kant dikenal sebagai pelopor lahirnya apa yang disebut dengan “argumen moral” tentang adanya Tuhan. Dan yang perlu digarisbawahi dari teori Kant adalah pemikiran-pemikirannya membuka jendela baru dalam filsafat.

Berdasarkan penjelasan diatas, Kant selalu menekankan pada apriori dan sintesis yang merupakan gabungan dari teori filsuf sebelumnya yaitu Descartes dan Hume. Ini menjadikannya dikenal sebagai teori penengah, ia menyebutnya sebagai teori kritik dan membawa angin segar untuk dunia filsafat zaman modern.

Penilaian sintetis mirip dengan hubungan sebab akibat. Hal tersebut dapat ditemukan dalam geometri dan fisika sehingga ia menyimpulkan bahwa semua matematika murni adalah sintetik meskipun apriori. Contohnya 7+5 = 12. Tidak ada analisis yang menemukan 12 baik dalam 7 atau 5, maksudnya angka 12 itu tidak ada dalam angka 7 atau 5, tetapi tetap hasilnya 12. Mereka adalah angka. Kant berpendapat bahwa intuisi adalah proses penginderaan/sensibilitas.

Bab kedua yang dibahas dalam buku Kant adalah logika transdental. Dibagi menjadi analitik transdental dan dialektika transdental.

Kant membedakan antara dua tipe dasar representasi : intuisi dan konsep. Konsep adalah perantara penengah. Representasi perantara merepresentasikan sesuatu dengan merepresentasikan karakteristik umum dari sesuatu. Misalnya, konsep "coklat", "kayu", "kursi", dan sebagainya. Mereka dapat merepresentasikan kursi dengan merepresentasikan ciri-ciri umum kursi: berwarna coklat, menjadi kayu, menjadi kursi, dan sebagainya.

Intuisi adalah "representasi langsung" yaitu representasi yang merepresentasikan sesuatu secara langsung. Persepsi seseorang tentang kursi, menurut Kant, merupakan representasi langsung. Persepsi mewakili kursi secara langsung, dan bukan melalui karakteristik umum apa punn.

Kant membedakan intuisi menjadi intuisi murni dan intuisi empiris. Intuisi empiris adalah intuisi yang mengandung sensasi. Intuisi murni adalah intuisi yang tidak mengandung sensasi apa pun. Contoh intuisi empiris adalah persepsi seseorang tentang kursi atau objek fisik lainnya. Semua intuisi tersebut merupakan representasi langsung yang memiliki sensasi sebagai bagian dari isi representasi. Intuisi murni, menurut Kant, adalah ruang dan waktu, yang merupakan kondisi subjektif pikiran kita dalam mengkoordinasikan sensibilia.

Dalam Dialektika Transendental, Kant menunjukkan bagaimana nalar murni digunakan secara tidak tepat ketika tidak terkait dengan pengalaman. Dalam Metode Transendentalisme, dia menjelaskan penggunaan yang tepat dari akal murni.

Filsafat, tidak seperti matematika, tidak dapat memiliki definisi, aksioma, atau demonstrasi. Semua konsep filosofis pada akhirnya harus didasarkan pada intuisi yang berpengalaman dan posteriori. Ini berbeda dengan aljabar dan geometri yang menggunakan konsep yang diturunkan dari intuisi apriori, seperti persamaan simbolik dan figur spasial. Kant disini menjelaskan mengapa akal tidak melampaui batas yang sudah mapan. Kant dengan jelas menjelaskan mengapa filsafat tidak dapat melakukan apa yang dapat dilakukan matematika terlepas dari kesamaannya. Kant juga menjelaskan bahwa ketika akal melampaui batasnya sendiri, ia menjadi dogmatis. Bagi Kant, batasan nalar terletak pada bidang pengalaman karena, bagaimanapun, semua pengetahuan bergantung pada pengalaman. Menurut Kant, pernyataan dogmatis akan menjadi pernyataan yang diterima akal sebagai benar meskipun melampaui batas-batas pengalaman

Pengekangan harus dilakukan dalam penggunaan polemik alasan murni. Kant mendefinisikan penggunaan polemik ini sebagai pertahanan terhadap negasi dogmatis. Misalnya, jika secara dogmatis ditegaskan bahwa Tuhan itu ada atau bahwa jiwa tidak berkematian, penyangkalan dogmatis dapat dibuat bahwa Tuhan tidak ada atau bahwa jiwa tidak abadi. Pernyataan dogmatis seperti itu tidak dapat dibuktikan. Pernyataan tersebut tidak didasarkan pada pengalaman yang mungkin. Kant sangat menentang penggunaan polemik nalar murni. Kant menentang polemik penggunaan nalar murni dan menganggapnya tidak tepat dengan alasan lawan tidak dapat terlibat dalam sengketa rasional berdasarkan pertanyaan yang melampaui batas-batas pengalaman. Kritik atas alasan murni adalah pengadilan untuk semua perselisihan alasan. Ini menentukan hak nalar secara umum. Kita harus bisa mengungkapkan pikiran dan keraguan kita secara terbuka. Ini mengarah pada peningkatan wawasan.

Jika kritik nalar mengajarkan kita bahwa kita tidak dapat mengetahui sesuatu yang tidak berhubungan dengan pengalaman, dapatkah kita memiliki hipotesis, tebakan, atau pendapat tentang hal-hal seperti itu? Kita hanya bisa membayangkan sesuatu yang bisa menjadi objek pengalaman. Hipotesis tentang Tuhan atau jiwa tidak dapat ditegaskan atau disangkal secara dogmatis, tetapi kami memiliki kepentingan praktis dalam keberadaannya. Dalam menyimpulkan bahwa tidak ada penggunaan alasan murni secara polemik, Kant juga menyimpulkan tidak ada penggunaan alasan murni secara skeptis.

Bukti proposisi transendental tentang nalar murni (Tuhan, jiwa, kehendak bebas, kausalitas, kesederhanaan) harus terlebih dahulu membuktikan apakah konsep tersebut valid. Alasan harus dimoderasi dan tidak diminta untuk melakukan di luar kekuatannya. Kant mengajukan kritik terhadap nalar murni yang dengannya keterbatasan nalar ditetapkan dengan jelas dan bidang pengetahuan dibatasi oleh pengalaman. Menurut rasionalis dan skeptis, ada penilaian analitik a priori dan penilaian sintetis aposteriori. Penilaian analitik a posteriori sebenarnya tidak ada. Ditambahkan ke semua penilaian rasional ini adalah penemuan besar Kant tentang penilaian sintetis a priori

Okta Islamiati Filsafat


 

 

 

 

0 comments:

Posting Komentar