Aku melihatmu dari jarak yang tak terhingga. Aku mengagumimu walau aku belum tahu sosokmu secara nyata. Aku merindukan suaramu meski kita tak sekalipun bercengkrama. Ini aneh, bukan? Tapi entah mengapa aku terus melakukannya. Menanti-nenati kapan aku dapat bertemu denganmu. Kerap kali aku menstalking seluruh isi Timeline dan mencuri kabar lewat dunia maya tentang keberadaanmu. Mungkin ini terdengar absurd, seperti aku seolah-olah tergila-gila karenamu. Tapi ini nyata. Sungguh. Mungkin terlihat seperti telenovela atau drama-drama, tapi aku juga tidak menyangka bahwa hal itu akan terjadi padaku. Pernah salah satu temanmu berkata "The hardest thing being a fangirls is when you trully falling in love with your bias." And now, i know the means of that words. Melihat seseorang dari balik layar kaca, mendengar suaranya hanya dari rekaman, itu menyakitkan. Tapi aku kadang berpikir, "Ahh, setidaknya mungkin dia akan menerka bagaimana rupa para fansnya dan mungkin saja aku masuk di anatarnya." Meskipun sedikit kemungkinan, tapi itu cukup. Karena suatu saat aku akan bertemu denganmu secara nyata. Bukan sebagai luckyfans, tapi sebagai seseorang yang yang kamu undang dengan sendirinya. Mungkin. Suatu saat.
Sempat aku terpaku. Bahwa teman-temanku kerap kali berkata bahwa aku mengada-ada. Bahwa ini semua tak nyata. Kerap kali aku bersikukuh. Dia nyata. Karena dia hidup. Dia nyata karena orang-orang bisa melihat dan mendengarnya. Dia nyata, karena aku menyukainya. Bukankah itu cukup? Yayaya. Aku bodoh, memang. Tapi aku lebih suka dibodohi idolaku daripada oleh makhluk bernama cowok yang kerap kali membuat kita melupakan masa depan. Mereka itu berbeda. Idolaku memang tak sempurna. Aku juga tak memuja mereka seolah mereka Tuhan ataupun Rasulku. Aku hanya menyukai mereka. Sama seperti saat kalian menyukai seseorang secara diam-diam. Mengerti?
Kamis, 30 Januari 2014
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 comments:
Posting Komentar