CLICK HERE FOR FREE BLOG LAYOUTS, LINK BUTTONS AND MORE! »

Minggu, 14 Oktober 2012

Surat Kecil Untuk (mungkin) Sahabat

Lama sekali aku tak melihatmu berkeliaran mencari-cariku. Apakah kamu sudah lupa padaku? Atau karena hari-hari ini aku terlalu sibuk dengan kehidupanku? Karena kini, tak ada lagi tawamu yang penuh gurat kebahagiaan. Hanya ada bayang-bayang semu yang selalu aku perhatikan. Andai kamu tahu, tak sedetikpun aku melupakanmu. Aku masih terus mencoba mencari kabarmu, dalam diam tanpa kamu ketahui.
Aku rindu bisik-bisik suaramu, sayup-sayup kamu menceritakan kisahmu. Berkicau seperti burung di pagi hari. Tapi, aku suka itu. Aku senang melihatmu tersenyum, membuat simpul di kedua ujung bibirmu. Aku juga rindu tangismu. Walaupun terkadang aku meledekmu ketika kamu bersedih. Tapi, kamu tahu kan? Aku seperti itu karena aku ingin kamu tersenyum..melupakan sejenak semua rasa amarahmu..atau sekedar membuatmu merasa tenang walau hanya sepersekian detik.

Dalam kanvas putih aku menggambar untaian masa lalu kita. Mengingat memori yang telah sesak didalam dada. Aku ingat waktu kita bermain bersama. Saling berbagi cerita tentang apa yang kita rasakan. Membuat hal-hal abstrak terlihat sempurna dan membuat kata menjadi sebuah canda tawa. Ingatkah kamu? Aku minta maaf jika aku yang bersalah dalam hal ini. Maaf aku telah melepaskanmu hanya karena kebodohan kecilku. Dan mungkin maaf juga atas semua pengabaianku terhadapmu. Maaf karena mungkin cerita malamku tak lagi ku sampaikan padamu, tapi pada dia yang tak nyata. Sekali lagi maaf karena mungkin doa malammu tergantikan oleh harapan yang palsu. Maaf..

Kamu tahu? Sekarang aku menangis. Belakangan ini aku sering menumpahkan gerimis dalam rincian malamku. Tapi kamu tahu hal yang membuatku semakin terisak? Karena kamu tak lagi berada disampingku. Bukan kamu yang menghiburku, tak ada lagi tawamu pengganti tangisku. Aku hanya ditemani bayangan semu yang dulu sempat menghipnotisku. Mungki sering aku meninggalkanmu sendiri, membiarkanmu bersama duniamu sendiri. Aku pikir kamu butuh ketenangan, butuh penjelasan dari dirimu sendiri. Aku hanya ingin kamu memahami duniamu sendiri. Atau caraku salah? Aku minta maaf...

Sekarang, kamu semakin buram..hanya bayangmu yang dapat kulihat dan itupun hanya samar-samar. Kamu seperti melayang..perlahan..dan kemudian (mungkin) menghilang. Kamu seperti tenggelam dalam dunia barumu, bersama teman-teman yang mungkin lebih bisa memahamimu dan itu..bukanlah aku..
Kesalahan kecilku membuat semua harapanku sirna seketika. Duniaku yang penuh warna kini hanya ada hitam dan putih. Aku ingat ketika pertama kita bertemu dan berbagi setiap hal yang kita rasa. Aku..rindu..

Sahabatku.. dapatkah kamu kembali ke sisiku? Aku lelah berpura-pura tak tahu apa yang terjadi..aku lelah hanya menjadi kambing hitammu. Kemana kamu yang dulu, sayang?Jujur, bukannya aku tak tahu apa yang terjadi. Bukannya aku tidak peka terhadapmu. Aku tahu kamu punya banyak masalah, aku tahu kamu terbebani. Tapi, aku tidak ingin memaksamu bercerita, aku hanya ingin kamu jujur padaku..pada dirimu sendiri. Aku hanya ingin tahu apa kamu percaya atau tidak padaku. Tapi, mengapa semua menjadi seperti ini? Dan kini, haruskah aku (lagi) yang menjadi tersangka?

Untukmu yang kini berada pada dunia baru.
Untuk kamu yang tak merasakan keberadaanku.
Untuk kamu yang kini (masih) kurapal dalam doaku.

0 comments:

Posting Komentar