Hallo Ibu? Bagaimana kabarmu? Aku bertanya ini, karena aku tidak
pernah benar-benar tahu keadaanmu yang sesungguhnya. Ibu, mengapa kamu begitu
baik kepadaku? Tingkah-tingkah bodoh dan konyolku tidak pernah membuatmu marah
kepadaku, bahkan jika bulir-bulir hujan dimataku turun, kamu dengan sigap
menyekanya. Bu, apa kamu akan terus memperhatikanku sampai esok hari? Sampai
kita bertemu di dunia yang baru? Bu, apakah semua kasih sayangmu akan terus
bersamaku? Apakah doa-doamu tentangku akan selalu kau panjatkan tanpa henti?
Bu, apakah kamu tidak lelah karena ke-tololanku? Bu, ibu aku merindukanmu....
Bu, aku ingin tahu bagaimana selama 9 bulan 10 hari kamu
menghadapiku yang selalu menendang-nendang perutmu. Apakah itu sakit bu? Lalu,
bagaimana rasanya saat kamu melahirkanku? Mengeluarkan banyak darah, berteriak
penuh kesakitan. Bu, aku mau bertanya bagaimana selama 14tahun ini kamu
membesarkanku? Berapa banyak kasih sayang kamu berikan? Berapa banyak air mata
yang kau curahkan, bu? Bu, aku tahu aku bukan anak yang berbakti. Aku tahu aku
seringkali menjadi penyebab air matamu. Bu, aku juga tahu engkau selalu
menyelipkan namaku dalam setiap doamu. Bu, aku pun tahu bahwa kamu selalu
menginginkan dan melakukan yang terbaik untukku.
Tapi maaf bu, aku terlalu bodoh untuk memahaminya. Aku selalu
saja membebanimu. Selalu meminta ini itu yang memberatkanmu. Selalu saja
membuat amarahmu memuncak. Ya, meski aku tahu seberapa besar pengorbananmu
untukku, aku tetap saja seperti ini. Bersikap konyol tanpa tahu akibatnya
untukku, dan juga untukmu. Bu, apa pernah aku membuat senyum terurai dari
wajahmu? Apa pernah aku membuatmu bangga memiliki anak sepertiku? Apa pernah
aku menaati setiap perkataanmu? Kurasa jawabannya tidak. Maafkan aku, bu.
Bukannya aku tidak mau berbakti kepadamu. Hanya saja, aku tidak tahu cara yang
benar untuk membuatmu bangga. Aku juga menyelipkan namamu dalam baris doaku,
bu. Didalam hatiku, aku juga sangat bangga, beruntung, dan bahagia memiliki ibu
sepertimu. Namun, mulut dan perilakuku sangat sulit untuk mengekspresikan semua
itu.
Aku juga ingin, bu seperti orang lain. Bisa bercengkrama denganmu,
tertawa bersama, memasak bersama. Dan bercerita tentang hari-hariku. Tapi, bu.
Aku tidak bisa. Sangat sulit bagiku melakukan itu. Karena aku berbeda, bu. Aku
tidak sama seperti mereka, aku berbeda bu dengan mereka dan aku bukanlah
mereka. Jadi, tolong mengertilah aku sekali ini saja, bu. Aku tahu permintaanku
terlalu banyak, tapi mengertilah. Jangan samakan aku dengan yang lain, bu. Aku
sanggup menjadi diriku yang apa adanya. Jadi, bu. Tidakusah khawatir, karena
selama ini hatiku masih tetap menyerukan namamu. Masih butuh kehangatanmu. Dan
masih butuh setiap cuil perhatianmu. Tunggulah aku, bu. Akan kubuat
wajahmu tersenyum bangga untuk setiap prestasiku^^
Utuk Ibuku,
Yang selalu kurindukan setiap nasihatmu
Yang selalu ku rindukan kasih sayangnya
Yang selalu kurindukan dekap lembutnya.
0 comments:
Posting Komentar