Tolong jangan menyukaiku. Aku tidak pintar. Aku tidak cantik. Aku tidak tinggi. Aku tidak putih. Aku tidak baik. Aku judes. Aku tak semenarik dia, aku tak sepintar dia. Tolong lihat saja seseorang disana yang mengharapkan kamu menjadi miliknya. Hiraukan saja aku sampai garis takdir menginginkan kita untuk bersama. Karena sampai saat ini aku belum ingin mengenal seseorang lebih dalam.
Kamis, 02 Januari 2014
Kamis, 26 Desember 2013
Dunia yang indah itu, apakah benar-benar indah? #1
Jumat, 20 Desember 2013
80 Km/Jam
Kamis, 19 Desember 2013
Selamat Malam. Pak, Bu.
Selasa, 17 Desember 2013
Kamu-nya Dia?
Ahh, aku seringkali bercerita tentang kamu. Kamunya dia, kamu yang tak nyata. aku cuma mau sedikit cerita aja sih sebenernya, tapi enggak semuanya nyata, hanya beberapa aja. Karena kata-kata tak selamanya fakta bukan? ;)
Hai, kenalin. Aku cuma seorang gadis kecil yang baru dua bulan yang lalu genap berusia enam-belas tahun. Dan baru dua tahun pula aku memakai seragam abu-abu putih serta menyandang predikat murid SMA. Well, kata banyak orang masa SMA itu masa yang palin nggak terlupakan. Untuk yang satu ini aku setuju. Ya, emang bener masa SMAku ini nggak akan aku lupain. Yah, meski udah ada beberapa yang terlupakan bukan berarti aku berniat melupakannya. Kadang, karena terlalu lelah dan sakit kita cenderung menjadi pelupa. He-he. Tapi....aku nggak akan ngelupain dua makhluk itu, yang dua tahun ini masih setia buat nginget aku dan tetep ada di peredaranku :-D They're my friend. My Best Friends. My Lovely Friends ;;) Selain dua orang itu, ada juga sih beberapa orang yang bikin hidupku jadi lebih berwarna \lebay/. Yaps. Cowok. Hah. Makhluk yang namanya cowok kayaknya emang gak pernah lepas ya dari kehidupan manusia? :-p Eh, lupa. kayaknya aku mau cerita tentang kamunya dia ya? hehe. Oke balik ke awal.
Selasa, 03 Desember 2013
Duniamu dan duniaku. Itu indah walau menyedihkan.
Aku akan mencoba bertahan walau terlihat menyedihkan. Tak apa aku tak bisa tinggal sedekat dulu denganmu, asalkan kamu datang kepadaku ketika kamu lelah dengan bebanmu. Aku akan membiarkanmu bersama duniamu, karena aku tahu aku tak bisa memasuki duniamu. Maaf. Tapi aku tak apa. Sungguh.
Aku tahu jika kamu bosan denganku, karena sifatku yang berbeda jauh darimu. Tapi ingatlah karena perbedaan kita bertemu dan menjadi sedekat ini dan semoga untuk seterusnya. Karena itulah yang menjadikan perbedaan menjadi indah.
Bukan aku atau kamu yang menjauh. Kita hanya sedang menjalani kehidupan seperti saat kita belum bertemu, bukan begitu?
Aku juga ingin terus disampingmu, kemanapun kamu. Tapi toh, semua perlu batasan sampai akhirnya kita saling merindukan. Semoga.
Kamu boleh memperlihatkan senyuman kepada semua orang, tapi tolong, ketika gerimis mulai menyapa pelupuk matamu, biarkan aku yang menghapusnya. Kamu bisa berbohong tentang senyuman kepada orang lain. Tapi tidak denganku.
Seberapa lama kita akan bertahan, seberapa jauh kita akan melangkah, aku tak tahu, aku tak mau tahu. Yang aku tahu dengan pasti adalah waktu yang kita lewati, akan kita lalui dengan baik.
Minggu, 17 November 2013
Aku Tak Mau Mengaku
Senin, 21 Oktober 2013
Hujan di Bulan Oktober
Terhitung sejak hari ini sudah ada tiga hujan di bulan Oktober dan mugkin juga itu adalah tiga kali hujan pertama pada musim hujan tahun ini. Tapi, aku sedih. Aku tidak bisa mencium aroma hujan seperti biasa. Mungkinkah aku sudah melupakan hujan karena dia sudah lama tak singgah dalam hari-hariku? Sejujurnya, aku juga enggak paham. Kenapa aku nggak bisa mencium bau tanah basah, aroma khas dari hujan. Mungkinkah karena aku sedang flu dan lelah dengan duniaku? Mungkin. Tapi jika iya, mengapa aku tak lagi tersenyum ketika bulir-bulir gerimis jatuh dari asalnya?
Hah. Aku enggak paham sama semuanya. Kenapa hal-hal yang aku sukai bisa tiba-tiba menjadi tidak aku kenali sama sekali? Ahh, ya. Aku lupa. Ada banyak hal yang memang tak akan pernah manusia mengerti meski mereka telah mencoba untuk memahami.
Tuhan. Aku iri dengan hujan, mereka bisa menangis kapan dan dimana saja, tapi mengapa aku tidak? Aku juga iri, mengapa hujan selalu membuat kita kembali kepada masa lalu? Sedangkan aku, mengingatnya saja tidak. Ada banyak hal dari hujan yang ketika sebut saja mereka, menari didalamnya mampu membuat mereka melukis sungging dan melepaskan hal-hal yang sempat membuat mereka penat. Aku iri dengan itu. Mengapa hujan bisa sedangkan aku tidak? Katamu manusia lebih sempurna dari hal lain yang Engkau ciptakan. Tapi mengapa tentang beberapa hal mereka menjadi benar-benar lemah? Bahkan terkalahkan oleh titik-titik air.
Ah, entahlah. Hujan di bulan Oktober ini, mungkin menjadi satu-satunya hujan yang tak dapat kurasakan. Hujan di bulan Oktober ini, adalah satu-satunya hujan yang aku nantikan, tapi pada akhirnya malah terabaikan.
Rabu, 16 Oktober 2013
Adil
Tuhan. Aku masih tak mengerti dengan kata "keadilan". Bagaimana itu bisa disebut keadilan jika hanya aku yang merindukan? Jika hanya aku yang menyukai? Apakah mungkin dengan rindu yang kurasakan sendiri, aku akan merasakan pahit dan manis dengan baik? Tapi mengapa hanya aku? Jika itu adil harusnya adil untuk kedua belah pihak.
Tuhan. Ketika aku berfikir ulang akan banyak hal, terkadang aku menyadari bahwa Engkau memang adil. Namun disisi lain, aku kerap kali merasa kau curangi. Maafkan aku, jika aku kerap kali mengeluh. Tapi Tuhan, jika saja kamu tahu aku masih tetap tidak mengerti bagaimana itu "adil".
Sisa Hujan
Tanaman liar dijalanan masih berdiri dengan manisnya walau tertiup angin dan terkotori debu. Bunga-bunga di toko juga masih terlihat segar sehabis di petik dari dahannya. Embun-embun pun masih menetes, sisa-sisa hujan di bulan Oktober.
Pagi ini sama seperti pagi yang biasa, dihiasi dengan warna-warni bunga dan embun basah khas hujan. Sudah satu bulan berlalu sejak hujan pertama di bulan Oktober. Sudah satu minggu berlalu, sejak aku tak menyapamu, sejak aku berpura-pura tak melihatmu.
Semua sudah seperti kebiasaan, maaf jika aku memalingkan wajah ketika melihatmu, bukan karena membenci, hanya saja aku tak mau rasaku menjadi lebih. Bulan ini, aku harap dapat menjadi bulan dimana sisa rasaku perlahan menghilang, bukan bertambah dalam.
Hey, kamu. Berhentilah mengusikku, apalagi berlarian di kepalaku. Suatu saat nanti, ketika aku mampu berpaling darimu, sisa-sisa hujan tak kan lagi mengungkit semua kenangan, walau terkadang ada yang tersisa meski hanya secuil. Yang jelas, jika rasa ini terlalu dalam, semoga kita bertemu lagi lima tahun kedepan. Dengan garis takdir yang membawanya.