CLICK HERE FOR FREE BLOG LAYOUTS, LINK BUTTONS AND MORE! »

Kamis, 26 Desember 2013

Dunia yang indah itu, apakah benar-benar indah? #1

Ada seorang gadis yang selalu menutup pintunya dengan rapat, dia tak pernah membuka pintu sekalipun ada yang mengetuk. Gadis itu benci dengan kebisingan dan keributan. Meski terkadang ia merasa lelah untuk terus berdiam diri, tapi ia tetap tak mau menengok bagaimana dunia luar. Ia hanya ingin ada seseorang yang menarik tangannya untuk menunjukkan kepadanya bagaimana dunia luar yang orang-orang banggakan dengan segala keributan dan kebisingan yang ada. Ia hanya berjalan-jalan sebentar untuk membeli peralatan yang dibutuhkan atau sekedar membeli makanan.

Jumat, 20 Desember 2013

80 Km/Jam


            Pikiranku kosong. Mataku terpaku lurus. Menatap Jalan Wonosari yang penuh keramaian di sore hari. Aku memacu motorku untuk melaju lebih kencang. 80km/jam kala itu. Angka yang tertera pada speedometerku. Hampir saja aku menarik gasku lebih kencang, sebelum lampu merah menghentikan lajuku. Aku terhenyak. Sejenak. Entah kenapa aku ingin memacu motorku dengan kecepatan penuh. Aku ingin rasa ini. Amarah, benci, kecewa, bahagia, menghilang bersama lajuku yang melawan angin.
            Aku letih. Hujan yang deras sudah mulai mengalir melalui pelupuk mata.  Ahh, segera saja aku meutup kaca dari helmku. Tak ku hiraukan orang-orang yang memandangiku dengan tatapan aneh di perempatan tadi. Aku sudah tak perduli. Air mata ini sudah lelah bersembunyi di dalam hati. Aku tak tahu apa yang sedang aku pikirkan ketika memegang kendali motorku kala itu. Hanya kamu. Entah kenapa, masalah ini selalu berhubungan dengan kamu.

Kamis, 19 Desember 2013

Selamat Malam. Pak, Bu.

Teruntuk, Bapak dan Ibu

Selamat malam, pak, bu. Hari ini entah kenapa aku memikirkan kalian lebih dari yang biasanya. Aku mulai berpikir bagaimana jika aku tidak seperti yang kalian harapkan? Bagaimana jika angan-angan kalian tentang aku berhenti di tengah jalan? Bagaimana jika aku bukan menjadi seperti yang kalian inginkan? Ahh, hal itu terus berputar di kepalaku. Kata-kata kalian yang membanggakanku terus terngiang di telingaku. Pak,bu. Kalian tahu? Terkadang aku lelah. Dengan angan-angan kalian. Dengan semua kata-kata kalian yang membangga-banggakan diriku. Aku tak benar-benar seperti itu sungguh. Jangan menggantungkan beberapa hal kepadaku. Itu berat. Itu beban.

Selasa, 17 Desember 2013

Kamu-nya Dia?

Hai. Selamat Malam. Lagi. Kamunya dia. He-he.

Ahh, aku seringkali bercerita tentang kamu. Kamunya dia, kamu yang tak nyata. aku cuma mau sedikit cerita aja sih sebenernya, tapi enggak semuanya nyata, hanya beberapa aja. Karena kata-kata tak selamanya fakta bukan? ;)

Hai, kenalin. Aku cuma seorang gadis kecil yang baru dua bulan yang lalu genap berusia enam-belas tahun. Dan baru dua tahun pula aku memakai seragam abu-abu putih serta menyandang predikat murid SMA. Well, kata banyak orang masa SMA itu masa yang palin nggak terlupakan. Untuk yang satu ini aku setuju. Ya, emang bener masa SMAku ini nggak akan aku lupain. Yah, meski udah ada beberapa yang terlupakan bukan berarti aku berniat melupakannya. Kadang, karena terlalu lelah dan sakit kita cenderung menjadi pelupa. He-he. Tapi....aku nggak akan ngelupain dua makhluk itu, yang dua tahun ini masih setia buat nginget aku dan tetep ada di peredaranku :-D They're my friend. My Best Friends. My Lovely Friends ;;) Selain dua orang itu, ada juga sih beberapa orang yang bikin hidupku jadi lebih berwarna \lebay/. Yaps. Cowok. Hah. Makhluk yang namanya cowok kayaknya emang gak pernah lepas ya dari kehidupan manusia? :-p Eh, lupa. kayaknya aku mau cerita tentang kamunya dia ya? hehe. Oke balik ke awal.

Selasa, 03 Desember 2013

Duniamu dan duniaku. Itu indah walau menyedihkan.

Aku akan mencoba bertahan walau terlihat menyedihkan. Tak apa aku tak bisa tinggal sedekat dulu denganmu, asalkan kamu datang kepadaku ketika kamu lelah dengan bebanmu. Aku akan membiarkanmu bersama duniamu, karena aku tahu aku tak bisa memasuki duniamu. Maaf. Tapi aku tak apa. Sungguh.
Aku tahu jika kamu bosan denganku, karena sifatku yang berbeda jauh darimu. Tapi ingatlah karena perbedaan kita bertemu dan menjadi sedekat ini dan semoga untuk seterusnya. Karena itulah yang menjadikan perbedaan menjadi indah.
Bukan aku atau kamu yang menjauh. Kita hanya sedang menjalani kehidupan seperti saat kita belum bertemu, bukan begitu?
Aku juga ingin terus disampingmu, kemanapun kamu. Tapi toh, semua perlu batasan sampai akhirnya kita saling merindukan. Semoga.
Kamu boleh memperlihatkan senyuman kepada semua orang, tapi tolong, ketika gerimis mulai menyapa pelupuk matamu, biarkan aku yang menghapusnya. Kamu bisa berbohong tentang senyuman kepada orang lain. Tapi tidak denganku.
Seberapa lama kita akan bertahan, seberapa jauh kita akan melangkah, aku tak tahu, aku tak mau tahu. Yang aku tahu dengan pasti adalah waktu yang kita lewati, akan kita lalui dengan baik.

Minggu, 17 November 2013

Aku Tak Mau Mengaku

Semua berawal dari tatapan mata, lalu sebuah pembicaraan tanpa sengaja, dan berakhir pada sebuah keingintahuan yang membuat kita mulai merindukan. Lalu, apakah hal-hal seperti ini yang dinamakan dengan menyukai? Aku rasa tidak semua hal yang berawal dengan hal-hal yang aku sebutkan di atas adalah tanda kita menyukai, karena semua hanya sementara. Bagiku, menyukai seseorang untuk saat ini bukanlah sesuatu yang besar, karena aku tidak bisa menjamin ketika aku memiliki "a little bit" feeling for you, it will be long, karena bagiku menyukai cukuplah untuk disimpan didalam hati selama beberapa waktu ke depan. Aku menyukaimu untuk saat ini, tapi aku tidak yakin akan  seperti itu untuk seterusnya.

Jadi jika suatu saat lagi aku tak memandangmu diam-diam dari sudut kelasku, atau ketika aku tak dapat lagi menahan rasa sakit dan lelahku, kamu harus bersiap-siap untuk kehilanganku, salah satu dari puluhan fans yang menhgarapkan hatimu. Mungkin ini salahku yang hanya mampu menatapmu, seolah tak ada apa-apa, tapi kamu juga harus tahu betapa melelahkannya hal yang mungkin akan kau anggap bodoh ini jika kau mengetahuinya. 

Untuk saat ini aku tak mau mengakui perasaanku, aku hanya ingin perasaanku menghilang dengan sendirinya seperti waktu. Jika itu takdir, mungkin kita akan bertemu lagi dan perasaan ini juga mungkin akan kembali padamu, tapi untuk saat ini tidak ada jaminan untuk itu. Aku hanya berencana untuk terus membiarkannya, entah rasa itu akan tumbuh atau semakin layu, aku tidak perduli. Aku hanya tak ingin membuatmu mengusik kehidupanku. Aku..aku..hanya ingin rasa ini memudar, tolong mengertilah. Jangan biarkan hatiku goyah karenamu, untuk saat ini..

Senin, 21 Oktober 2013

Hujan di Bulan Oktober

Selamat Malam.
Terhitung sejak hari ini sudah ada tiga hujan di bulan Oktober  dan mugkin juga itu adalah tiga kali hujan pertama pada musim hujan tahun ini. Tapi, aku sedih. Aku tidak bisa mencium aroma hujan seperti biasa. Mungkinkah aku sudah melupakan hujan karena dia sudah lama tak singgah dalam hari-hariku? Sejujurnya, aku juga enggak paham. Kenapa aku nggak bisa mencium bau tanah basah, aroma khas dari hujan. Mungkinkah karena aku sedang flu dan lelah dengan duniaku? Mungkin. Tapi jika iya, mengapa aku tak lagi tersenyum ketika bulir-bulir gerimis jatuh dari asalnya?

Hah. Aku enggak paham sama semuanya. Kenapa hal-hal yang aku sukai bisa tiba-tiba menjadi tidak aku kenali sama sekali? Ahh, ya. Aku lupa. Ada banyak hal yang memang tak akan pernah manusia mengerti meski mereka telah mencoba untuk memahami.

Tuhan. Aku iri dengan hujan, mereka bisa menangis kapan dan dimana saja, tapi mengapa aku tidak? Aku juga iri, mengapa hujan selalu membuat kita kembali kepada masa lalu? Sedangkan aku, mengingatnya saja tidak. Ada banyak hal dari hujan yang ketika sebut saja mereka, menari didalamnya mampu membuat mereka melukis sungging dan melepaskan hal-hal yang sempat membuat mereka penat. Aku iri dengan itu. Mengapa hujan bisa sedangkan aku tidak? Katamu manusia lebih sempurna dari hal lain yang Engkau ciptakan. Tapi mengapa tentang beberapa hal mereka menjadi benar-benar lemah? Bahkan terkalahkan oleh titik-titik air.

Ah, entahlah. Hujan di bulan Oktober ini, mungkin menjadi satu-satunya hujan yang tak dapat kurasakan. Hujan di bulan Oktober ini, adalah satu-satunya hujan yang aku nantikan, tapi pada akhirnya malah terabaikan.

Rabu, 16 Oktober 2013

Adil

Tuhan, mengapa hal-hal buruk yang ingin aku lupakan malah terus terngiang? Mengapa ketika aku melupakan kenangan buruk, beberapa kenangan manis, yang benar-benar manis bahkan ikut menghilang. Apakah ini suatu bentuk keadilan? Dimana ketika kita ingin menghapus kenangan, maka baik atau buruk, sedikit atau banyak, semua akan terhapus?
Tuhan. Aku masih tak mengerti dengan kata "keadilan". Bagaimana itu bisa disebut keadilan jika hanya aku yang merindukan? Jika hanya aku yang menyukai? Apakah mungkin dengan rindu yang kurasakan sendiri, aku akan merasakan pahit dan manis dengan baik? Tapi mengapa hanya aku? Jika itu adil harusnya adil untuk kedua belah pihak.
Tuhan. Ketika aku berfikir ulang akan banyak hal, terkadang aku menyadari bahwa Engkau memang adil. Namun disisi lain, aku kerap kali merasa kau curangi. Maafkan aku, jika aku kerap kali mengeluh. Tapi Tuhan, jika saja kamu tahu aku masih tetap tidak mengerti bagaimana itu "adil".

Sisa Hujan

Tanaman liar dijalanan masih berdiri dengan manisnya walau tertiup angin dan terkotori debu. Bunga-bunga di toko juga masih terlihat segar sehabis di petik dari dahannya. Embun-embun pun masih menetes, sisa-sisa hujan di bulan Oktober.
Pagi ini sama seperti pagi yang biasa, dihiasi dengan warna-warni bunga dan embun basah khas hujan. Sudah satu bulan berlalu sejak hujan pertama di bulan Oktober. Sudah satu minggu berlalu, sejak aku tak menyapamu, sejak aku berpura-pura tak melihatmu.
Semua sudah seperti kebiasaan, maaf jika aku memalingkan wajah ketika melihatmu, bukan karena membenci, hanya saja aku tak mau rasaku menjadi lebih. Bulan ini, aku harap dapat menjadi bulan dimana sisa rasaku perlahan menghilang, bukan bertambah dalam.
Hey, kamu. Berhentilah mengusikku, apalagi berlarian di kepalaku. Suatu saat nanti, ketika aku mampu berpaling darimu, sisa-sisa hujan tak kan lagi mengungkit semua kenangan, walau terkadang ada yang tersisa meski hanya secuil. Yang jelas, jika rasa ini terlalu dalam, semoga kita bertemu lagi lima tahun kedepan. Dengan garis takdir yang membawanya.

Sabtu, 28 September 2013

Surat Elektronik.

Aku menemukanmu dari sela-sela malam.
Aku melihatmu dari sudut tak terpandang.
Dan aku menggenggammu dari jarak tak terhingga.

Aku hanyalah bayangan semu.
Yang menemanimu dalam gelapnya malam.
Yang berada dibelakangmu ketika matahari menyapa.
Yang kadang luput dari pandangan mata.

Tapi tidak apa.
Asalkan kamu tahu bahwa itu aku.
Asalkan kamu paham bahwa aku disisimu.
Asalkan kamu mengerti bahwa aku juga bagian darimu.

Meski terkadang aku tak sesuai harapan.
Meski kadang ada bagian dari anak kecil ini,
yang berharap untuk kamu perhatikan.

Ini sekedar surat cinta elektronik.
Yang tak mampu kusampaikan pada pemilik.
Surat dari seorang pengecut, yang mengharapkan
sebuah harapan akan suatu ikatan.
Ikatan antara dua, tiga, ataupun beberapa orang.
Yang bernaung dalam sebuah baris persahabatan.



Untuk kamu semua,
pembuat luka tak sengaja,
penyembuh luka paling mujarab.
Terimakasih.