CLICK HERE FOR FREE BLOG LAYOUTS, LINK BUTTONS AND MORE! »

Sabtu, 07 Maret 2015

Surat untuk Pak Pos

Hai, Mas. Selamat siang.
Mas, di rumahku sekarang sedang hujan lebat. Kamu tahu? Hujan. Air mata langit. Hari ini aku mengingatmu kembali, Mas. Maafkan aku.
Mas, hari ini aku merasa menjadi orang paling tolol sedunia. Kamu tahu kenapa? Karena aku sudah melewatkankan sesuatu yang sangat berharga. Sesuatu yang kerap kali aku impikan. Aku menyesal, Mas. Sangat. Tapi apa boleh buat? Semua sudah berlalu. Andai saja tadi aku lebih berani, andai saja aku menjadi diriku yang biasa ketika aku dengan teman-temanku. Tapi aku gagal, Mas. Dihadapanmu. Aku membeku. Hanya senyum dan tawa. Aku tak mampu berkata. Kamu sekarang sudah berbeda, Mas. Aku baru menyadarinya. Maaf. Karena baru kali ini aku melihatmu dari jarak sedekat itu. Menurutku. Sudah ya, Mas. Segini saja aku mengenangmu. Hujan juga sudah reda. Terimakasih sudah menyempatkan diri untuk mampir hari ini, Mas.

Selasa, 13 Januari 2015

A Letter

To : Oppa

Oppa, Annyeong :-) 
Oppa. I want to tell you a story. The stories that all of fangirl around the world have done. 
Oppa, i had to like you for a long time ago. I like your smile, your laugh and your habit though. Do you want to know when it started? First, i just know your name from my schoolmates. I listen to your song. I watched all of your MV. And I'm happy when you won a throphy from comeback. Yeah, just like that. Really simple, right? I never imagine a strong feeling like that. But i felt it already. now, i know the feeling of liking someone. How happy i'm to saw your smile. How to laughing when other's fooling around me. I was happy all the time.  Do you know, Oppa? When i being tired from school, i saw you and magically i didnt felt that again. I became happy and forgot all of the matters.

Senin, 22 Desember 2014

Iri? Mungkin.

Hai.
Aku ingin tahu rasanya menyukai seseorang. Bagaimana rasa sakit orang lain dapat menjadi rasa sakitmu juga. Aku ingin tahu mengapa kebahagiaan seseorang dapat tergantung kepada orang lain. Aku sering menyaksikan drama-drama korea. Melihat bagaimana mereka tertawa karena orang lain dan menitikkkan air mata untuk orang lain. Aku ingin tahu bagaimana seseorang bisa menjadi se istimewa itu? Padahal ada saatnya perasaan untuk berubah, ada kalanya pula kita harus melepaskan sesuatu yang telah kita jaga sekian lama. Namun, ada juga kisah seseorang yang dipertemukan oleh sesuatu yang sering kita sebut sebagai takdir. Tapi tetap saja ada yang harus tersakiti. Dan itu memang terjadi. Tidak hanya di drama. Tapi juga di dunia nyata.

Sabtu, 20 September 2014

Lagi.

Kamu harus tahu, jika setiap kata "hai" yang kau ucapkan adalah sebuah candu bagiku. Kata-kata itu bagai meninggikan harapku padamu. Jadi maafkan aku jika tak menyapamu duluan, bukan karena tak mau tapi aku tak sanggup. Harusnya kamu tahu jika aku sedang berpura-pura tak melihatmu. Harusnya kamu sadar jika aku tak mau terikat denganmu.

Rantai takdir kita bukan lingkaran, tapi garis sejajar yang tak berujung. Mungkin ini salahku, menganggap sikapmu meninggikan harap. Mungkin ini salahku berada ditengah-tengah kamu dan dia. Harusnya aku tahu bahwa selamanya jiwa itu menjadi miliknya.

Maafkan aku telah menjadi egois. Membiarkan bayang-bayangmu menemani hari-hariku. Membiarkan hatiku tetap berlabuh padamu.

Aku tak tahu siapa yang akan menang dalam perlawanan ini. Aku tak tahu siapa yang akhirnya akan kau pilih. Dia yang selalu membuat ekor di matamu, atau aku yang terus ada dibelakangmu?

Entahlah. Hanya biarkan rasa sukaku sekedar dalam batas mengagumi. Jangan biarkan aku berdebat dengan hatiku, karena aku tahu aku akan kalah.

Kamis, 07 Agustus 2014

Fifty-fifty. Fake or Real?


            Suatu hari aku bertemu denganmu, seperti kisah klasik ala remaja terdahulu. Ya, aku menemukan sosokmu setelah beberapa lama kita menjadi teman satu sekolah. Selama itu kamu tak sekalipun tertangkap indra penglihatanku, kamu pun sepertinya enggan untuk memasuki dunia itu. Aku tidak yakin aku atau kamu yang pertama kali menyadari kehadiran masing-masing. Sempat aku berpikir, mungkinkah karena aku yang tidak pandai bergaul atau memang kamu yang tak pernah mau dipandang siapapun? Entahlah. Aku baru akan mencari jawabannya ketika dengan tiba-tiba siluetmu kulihat menghampiriku perlahan.

Rabu, 06 Agustus 2014

Teruntuk, Kamu.


Teruntuk, Kamu.
Yang menjungkir balikkan duniaku.
Tintaku telah lama mengering. Kertasku telah lama menjadi usang. Jemariku sudah tak selincah dulu memproklamirkan tentang kamu. Otakku telah berhenti merangkaikan kata indah untukmu. Jantungku telah berhenti berdetak untukmu. Dan hatiku telah lama memilih untuk menutup kembali gerbang yang sempat ia buka. Bukan..bukan karena mereka lelah, hanya saja seluruh tubuhku kini telah terbiasa. Terbiasa tanpa kehadiranmu. Terbiasa tanpa setitik pun kabar darimu. Terbiasa tanpa segalanya tentangmu.

Kamis, 13 Februari 2014

Apa Saja.

Hai Februari~
Hmm sepertinya aku kebanyakan cuap-cuap di bulan Januari, jadi kayaknya Februari ini nggak banyak yang pengen aku ungkapin. Tapi yang jelas, apapun dan bagaimanapun itu, sosok kamu masih tetap sama dimataku. Sosok kamu yang lebih menginginkan dia dibanding aku. Sosok kamu yang hanya menjadikanku halte bis daripada terminal. Well, it's ok. Itu lebih baik daripada aku tidak bisa melihatmu sama sekali. Aku punya sebuah puisi nih, buat kamu. Juga buat siapapun yang mungkin merasa lelah dengan penantian.


Kamis, 30 Januari 2014

Dear, Bias.

Aku melihatmu dari jarak yang tak terhingga. Aku mengagumimu walau aku belum tahu sosokmu secara nyata. Aku merindukan suaramu meski kita tak sekalipun bercengkrama. Ini aneh, bukan? Tapi entah mengapa aku terus melakukannya. Menanti-nenati kapan aku dapat bertemu denganmu. Kerap kali aku menstalking seluruh isi Timeline dan mencuri kabar lewat dunia maya tentang keberadaanmu. Mungkin ini terdengar absurd, seperti aku seolah-olah tergila-gila karenamu. Tapi ini nyata. Sungguh. Mungkin terlihat seperti telenovela atau drama-drama, tapi aku juga tidak menyangka bahwa hal itu akan terjadi padaku. Pernah salah satu temanmu berkata "The hardest thing being a fangirls is when you trully falling in love with your bias." And now, i know the means of that words. Melihat seseorang dari balik layar kaca, mendengar suaranya hanya dari rekaman, itu menyakitkan. Tapi aku kadang berpikir, "Ahh, setidaknya mungkin dia akan menerka bagaimana rupa para fansnya dan mungkin saja aku masuk di anatarnya." Meskipun sedikit kemungkinan, tapi itu cukup. Karena suatu saat aku akan bertemu denganmu secara nyata. Bukan sebagai luckyfans, tapi sebagai seseorang yang yang kamu undang dengan sendirinya. Mungkin. Suatu saat.

Sempat aku terpaku. Bahwa teman-temanku kerap kali berkata bahwa aku mengada-ada. Bahwa ini semua tak nyata. Kerap kali aku bersikukuh. Dia nyata. Karena dia hidup. Dia nyata karena orang-orang bisa melihat dan mendengarnya. Dia nyata, karena aku menyukainya. Bukankah itu cukup? Yayaya. Aku bodoh, memang. Tapi aku lebih suka dibodohi idolaku daripada oleh makhluk bernama cowok yang kerap kali membuat kita melupakan masa depan. Mereka itu berbeda. Idolaku memang tak sempurna. Aku juga tak memuja mereka seolah mereka Tuhan ataupun Rasulku. Aku hanya menyukai mereka. Sama seperti saat kalian menyukai seseorang secara diam-diam. Mengerti?

Sabtu, 25 Januari 2014

Aku Masih Sanksi dengan Persahabatan

Aku Masih Sanksi dengan Persahabatan. Aku masih ragu. Pernah aku terpaku pada sebuah persahabatan, tapi pada akhirnya aku kembali terjatuh. Kadangkala aku merasa ini semua salahku. Karena aku tak bisa menjadi terlalu peduli. Karena aku tak bisa bersikap mengayomi. Ayolah, aku hanya seorang anak kecil yang sedang belajar. Aku bersamamu karena aku ingin tahu banyak hal. Ah, ya. Aku tahu. Ketika kamu mengajariku banyak hal kamu pasti berpikir dengan apa aku akan membalas semuanya kan? Memang seharusnya begitu. Andai kamu tahu bahwa aku membalasnya dengan terus berada disisimu.

Kamis, 16 Januari 2014

Apalah.

Hai. Aku dateng lagi nih. Mau ngepost cerita absurd lagi. He-he.

Hari ini aku sengaja menanti senja. Berharap warna jingganya membawamu kepadaku.
Aku menengadahkan tangan. Membiarkannya terbalut hujan.
Senja dan hujan. Hari yang meyenangkan untukku.
Aku kembali memikirkanmu.
Memikirkan perasaan yang seharusnya belum perlu.

Dear, God.
I'm just a girl who don't know about something feel like that. The feel that i can't handle and controled. 
How it was me? Why you choose me to feel like that? Do you know how tired i am? Don't you know that i felt confused and happy in the same time? For girl like me, it's hurt. Too much. And do you know whats make it so difficult? Cause his like other girl.  Ahh, i cant endure it.